Pasca-Apokaliptik I
di gang sepi malam tiada bulan
di mal manekin cari hiburan sendiri
terdengar petikan gitar
lagu meningkah dari rumah ujung
di sanakah tempat bermalam nanti?
timbul gembira ganjil
angin meniup
bangkai ayunan
pelan
pelan
(Bekasi Timur, 18 Agustus 2021)
–
Pasca-Apokaliptik II
kini mati segala makhluk
kau dan aku beku dalam peluk
sinar bulan pudar pekak
menyoroti gigil ganjil gerak
napasku patah
kubuat kita kehilangan irama langkah
pergilah kau berbalik berarak
diantar mentari pagi hari
tinggalkan aku di sini
pikiranku redup merangkak-rangkak
kuingin beristirahat sejenak
o, tolong akhiri aku
dengan nyanyian hitam gagak
(Bekasi Timur, 18 Agustus 2021)
–
Pasca-Aokaliptik III
langit hitam melengkung luas
mimpi bersamamu tak hendak lepas
dedaunan gugur belum tumbuh tunas
kutinggalkan dirimu dengan rindu
yang tak kunjung tuntas
anak terhenti memandang jam
bertanya di manakah bapak sekarang
sejenak jawaban ditiup angin malam
kenangan yang diburu
anak rindu setiap hari
(Bekasi Timur, 18 Agustus 2021)
–
Pasca-Apokaliptik IV
aku rindu kata-kata
terhampar seperti padang
membentang
aku rindu belai
tercurah dari ujung jari
bertubi-tubi
ini kota tanpa bulan
almanak tanpa tanggalan
peta tanpa tujuan
mimpi tanpa igauan
adakah namaku kau ucapkan
pada lindap doa yang kau panjatkan?
(Bekasi Timur, 22 Agustus 2021)
–
Pasca-Apokaliptik V
gedung bioskop sunyi
mal terasing
jauh dalam ujung musim
pelataran parkir ditinggal deru mobil
papan reklame ditinggal huruf
berlampu kerjap
kafe sisakan kenang riuh-rendah
obrolan pekerja kantoran
pada tanah getar separuh senja
kuguratkan letihku di jalan beraspal
mengucur ke daratan kejam
(Bekasi Timur, 20 Agustus 2021)
Editor: Moch Aldy MA