SIRKUIT ARSIP
semisal pikiranmu, halaman yang memeluk dedaunan yang gugur. sebagaimana musim-musim yang telah berlalu. melarikan diri dan menjadi buah sirsak, jeruk, pisang, dan lele yang menimbung kolamnya sendiri.
tahun-tahun berlalu. jalan-jalan kosong di kepalamu seperti kemacetan sejauh 20km dengan bunyi sirine ambulans.
dan rachika nayar. fragments. memory as miniatures. dongker bertaruh pada api. bapak bertaruh pada kaki (melesat dan menjadi lebam).
tapi bagaimana cara mengingat tangisan pertama?
–
OBROLAN YANG BERLARI
sebagaimana dulu. kau. atau mereka. katakan aku juga. gelak tawa yang masing-masing kita temui di gang-gang sempit. rumah makan yang menghitung setiap helai rambutmu.
katakan aku juga; yang menyusun tubuhmu melalui pertemuan-pertemuan singkat dari pesan suara. telah sampai mana kau sekarang? telah sampai mana aku sekarang? telah sampai mana mereka sekarang? pertanyaan yang jadi umpatan.
hingga…
war di land of dawn pecah oleh obrolan kita. dan wiped out untuk mereka yang menanti kebahagiaan. lose streak.
–
DI KEPALAMU TUMBUH SEBUAH BUNGA BARU
di kepalamu tumbuh sebuah bunga baru. di dadamu berisikan taman dengan lanskap berwarna jingga sedikit muram. kau meraba masa depan seperti kau meraba sesuatu di kegelapan. harapanmu tumbuh seperti anak kecil yang sedang membicarakan cita-cita di pangkuan ibunya dengan senyum indah yang menyedihkan.
di kepalamu tumbuh sebuah bunga baru. mati sebelum sempat merekah di kedalaman hati seorang lelaki yang kau gadang-gadang sebagai kematianmu. dan kau, merayakan itu sebagai parodi tentang kisah cinta yang muskil. tidak kau. tidak juga laki-laki itu.
–
KEMATIAN DI SEPIRING NASI
masa depan melarikan diri dalam lelang thrift di marketplace. 250 rupiah. 350 rupiah. 100 juta rupiah. lelang ditutup. bapak melarikan diri dari rumah ibadah. menjadi angka-angka. sepatu kaca. kaki kaca. tuak berwana merah jambu.
masa depan melarikan diri. kau harus jadi patung. jadi batu. jadi, apa? hidup adalah belajar mengitari jalan-jalan gelap di kepala tetangga. baju baru. pameran celana dalam.
masa depan melarikan diri dan kematian di sepiring nasi dalam celanaku. tapi sejak kapan air mata jadi jaring laba-laba? sebelum jalan raya membakar habis pengendara. dan melahirkannya kembali menjadi rambu lalu lintas, trotoar, lubang-lubang—kecelakaan sekali lagi.
*****
Editor: Moch Aldy MA