kehidupan
hidup akan kembali mengikuti aliran air
yang meresap ke dalam tanah.
tulangtulang kita, yang kerasnya
seperti akar kokoh ribuan tahun,
bisa retak oleh banyak musim.
organ dan hati, lenyap dengan cepat
digerus binatangbinatang melata di dalam bumi
hingga tersisa debu,
yang melayanglayang melintas bumi.
(2024)
–
menghilang dalam dirimu
tatkala kandas
rintik itu pun jadi deras,
segalanya tempias.
di tepitepi jalan,
kita tak lagi punya beda
dengan guguran yang tersulut angin,
dan,
tiada lagi yang bisa dinanti.
hitungan waktu,
juga jarak,
kini tak sedang bernasib baik
namun kau,
serupa kaki langit
telah menyudahi cinta yang rumit ini.
(2024)
–
kita pergi
kita pergi dan tak kembali
surga, tiada lagi di arus ini.
gemuruh luruh, dan
suara yang luntur,
meresap banyak gema.
kita hanya bisa diam di sini
di tempat segala keburaman,
sembari menatap jauh
sesuatu yang tak pasti,
yang bahkan tak lagi ada.
kita tak mungkin lagi berjalan,
sebab tak ada lagi yang dituju,
meskipun itu mimpi
maupun harap.
(2024)
–
tentang kaki langit
dari kaki langit
bau laut turun
dan
awan yang tak muncul
melengkapi biru bumi
hingga tak lagi tersentuh
(2024)
–
ibu kami
ibu memang tak kembali,
tetapi, setiap pagi akan ada deru gunung
yang turun pelan menyentuh mimpimimpi kami,
angin lembut nan halus seperti rasa tanganmu
yang membelai kami sesaat sebelum tidur.
ibu, kami tak lagi khawatir, sebab, hujan
yang kadang turun menjelang sore, bisa buat kami
untuk terus berbahagia.
(2024)
*****