mengenang hari-hari
aku tahu, hari-hari akan berlalu
apa yang dulu kuncup, perlahan layu.
kenangan yang tabah menjaga usia
masa muda yang tinggal cerita
semua itu, masih menjerat hatiku
dengan getar yang sama.
jalan ini masih kuingat,
juga rumahmu,
perjumpaan yang singkat
alamat yang lalai kucatat.
namun, saat daun-daun berguguran
di senja yang ranum,
aku tahu, ada yang tak berubah.
engkau masihlah sunyi
yang menemaniku merangkai puisi;
kenangan yang terangkum
saat kutulis bait pertama;
rindu yang mengawali
seluruh rindu dalam hidupku.
katamu, kenangan adalah langit-langit yang indah;
menengadahlah, sebelum air matamu jatuh.
(17 Maret 2019)
–
tak lama lagi
tak lama lagi hari akan senja
dan segala yang terang matang
saat malam pun tiba
pada gerimis yang sehening kaca
aku memandangmu tertawa
dari balik jendela waktu
(20 September 2024)
–
di dermaga
pada subuh yang baru saja
di dermaga yang tenang
menggantung bulan—
ia termangu memandang
balon yang tersangkut
di tiang sampan
entah apa yang membuatnya nelangsa
hingga aku teringat
kepada gadis kecil
ketika kapal ayahnya
menjauh perlahan
(1 September 2024)
–
pengejar capung
bocah pengejar capung
merunduk di padang rumput
mengendap-endap perlahan
menghidu harum
bunga-bunga yang tumbuh
tapi sebenarnya
siap berburu.
(7 Agustus 2024)
–
di ipukan
dua ekor kunang-kunang
hinggap di jendela
satu per satu datang
satu per satu terbang
satu per satu meninggalkan
cahaya
yang tenang
di kening yang kukenang.
(7 Agustus 2024)
*****
Editor: Moch Aldy MA