Redaksi Omong-Omong

Mengemas Tata Surya dan Puisi Lainnya

Ghufroni An'ars

1 min read

Kampung Halaman

hujan sisakan genang
aroma parit menembus
masker murah
klakson memekik
memaki cuaca
dan pemerintah

satu bumi dua jiwa
aksara berkarat
menyambut pendatang
pohon-pohon karet
berhenti bergetah

tapi anak lanang
pantang di rumah
pada batok-batok kelapa
begal-begal
menyusun siasat bersama
para paman bramacorah

seorang perantau pergi mudik
menjadi asing di kampung sendiri
lupa cara menyapa
tersungkur ia di rawa-rawa
ditodong bedil kawan sendiri

tercatat mereka dulu
dalam ingatan kepala pekon
sebagai juara azan
dan menghafal quran

sayang nyawa kadung melayang
sementara aparat butuh pelicin
dan para pemangku bilang
kematian hanyalah

salah paham yang lain
semua bisa diselesaikan
secara kekeluargaan

hujan sisakan genang
di atas tanah merah
rimbun kamboja putih
di kampung halaman

(25 Oktober 2022)

Mengenang Rumah

kota ini berjalan terlalu cepat dalam ingatanku
tiba-tiba sinar neon
mengurungku dalam pilar-pilar beton
deru mesin bernyanyi tiada henti sepanjang sore
sengat siang membangunkanku dari mimpi buruk yang rutin
dan pagi selalu tentang harapan yang percuma
tapi aku selalu melihat dunia yang lain ketika terpejam
adegan-adegan terjalin seperti perca di tangan ibu
menghubung-hubungkan gambar-gambar buram
membawa pulang suara dan aroma rumah
gemericik yang tak asing
tarian sungai
membiarkan alir air melalui buku-buku jariku yang mungil
seperti melihat waktu bergerak
ia mempertemukan, dan menciptakan jarak
lalu bintang-bintang memanggil-manggil nama setiap orang
mengajak mereka, termasuk juga aku, untuk menjadi terang
melesat semakin cepat dalam putaran konstan
sementara kakiku masih bermain-main
dalam alir air sungai yang tenang itu
(9 November 2022)

Mengemas Tata Surya

di ruang ini aku merasa
waktu membeku
detak-detak detik terdengar
seperti derap langkah seorang asing
yang mengikutiku dalam gelap

geret jarum-jarum jam itu
mengepung gendang telingaku
seperti sekelompok penyanyi opera
mengheningkan cipta

aku mulai merasakan wangi jeruk
merambat di sekujur kemeja
memadamkan mimpiku yang telah layu
disapu mesin pendingin ruangan
yang membisikkan semacam mantra
penerka cuaca

tapi dalam kidung september yang pucat
ruangan ini menelanku bulat-bulat
tulang-belulangku berlompatan
berulang-ulang
dan suara opera perlahan surut
tinggalkan tragedi yang mulai karat

dengan jemu dan terburu-buru
aku kembali merapikan meja
mengemas tata surya
yang terbentang di pundakku

(25 Oktober 2022)

Obituari
: Kahfie Nazaruddin

hanya sebuah danau
dengan jalan setapak
bercabang dua
pohon kersen di bibir air
sebuah bangku panjang
merawat jejak orang-orang

hanya sebuah danau
yang airnya tenang
alirnya yang bergelombang
menyambut angin
membawa kabar
untuk tunas-tunas hijau
pohon berbuah dan anai-anai

: kelopak kamboja berlayar
arungi arus menuju entah
sisakan dingin yang tajam
pada ranting-ranting tua
dan tanah basah

(Pahoman, 14 November 2022)

Sebuah Kebun Kecil

sebuah kebun kecil
di belakang rumah
pagar kayu dirambat gulma
ayun-ayun di pohon jambu
bayangan kanak-kanak
bermain-main dengan waktu

sebuah kebun kecil
di belakang rumah
bayangan masa tua
duduk-duduk saja
di dalam kepala

ada yang tumbuh di kebun kecil itu
barangkali sesuatu yang masih milik kita
ingatan ingatan
waktu-waktu
yang tak mungkin kembali

(Tanjung Karang, 15 Desember 2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Ghufroni An'ars
Ghufroni An'ars Redaksi Omong-Omong

2 Replies to “Mengemas Tata Surya dan Puisi Lainnya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email