Di Atas Jalan
Di atas jalan: penuh rintangan.
Aku langkahkan jiwa yang liar
menaburkan resah kesunyian-
bersemilir bagai angin topan, berputar
ya berputar, mendobrak batas penghalang
Di atas jalan: kemah pengembaraan.
Aku menujuMu, Tuhan
kucuri pernak-pernik kehidupan
–
Di persimpangan
Di persimpangan, kuhentikan perjalanan.
Coretan cinta pada cakrawala itu
mencoba mengupas rasa-
rindu mengalun merdu:
Aku telah berjanji pada kekasihku
nanti pukul sembilan lewat sembilan, Ya Tuhan—
di relung kalbu, aku pasti datang menghadapMu
ketika malaikat terlelap di ruang tamu
kutulis surat cinta:
Izinkan detik ini saja, kunaiki tangga kata-kata
untuk mengajakMu kencan di taman bunga.
–
Aku Datang PadaMu
Aku datang padaMu di malam sepi
Ya Tuhanku. Aku datang padaMu bersama kekasihku.
Dalam kesetiaan mencariMu, bersama kekasihku—kuburu waktu
dan kusaksikan gerak angin, meluluhkan bunga pinus HalimunMu.
Aku datang padaMu seperti waktu lalu
Kunyanyikan alunan gerak rindu
dari raut senyum kekasihku: di dalam kabut
menerka wajahMu.
–
Surat
Surat ini sengaja kusimpan dalam lemari
untuk terakhir kali sebelum aku pergi.
mengapa kau tempuh jalan puisi
ketika makna tak mampu menembus cahaya
ketika kata-kata bisu mencatat rahasia
mengapa kau cari kejadian hidup ini
ketika waktu mengelabui dirimu sendiri
ketika ruang menyesatkan tempatmu menepi
Surat ini kupersembahkan padamu untuk terakhir kali
kutulis menjelang pagi hari sebelum aku pergi.
–
Mengapa Tertulis
Mengapa tertulis
jejak pendakian ruhani
dalam setiap penjuru waktumu
Ketika lelah karena dunia
apakah rumah kecil di bawah
matahari mengantarkan jalanmu kepada bulan?
Bahkan para peziarah
sebagaimana dengan kiblatnya
berada dalam detak-detik langkah kepulangannya
Mengapa tertulis
lembaran umur dan waktu
kelahiran dan kematian
meruang dalam kalbu napasmu.
*****
Editor: Moch Aldy MA