MINAH KITA SEMUA
Minah bernyanyi
melagukan paras orang mati
orang-orang memilih sembunyi
tak ingin mendengar ia punya pesona
hanya seorang penyair
khusyuk mendengarkan
“mari, penyair,
datangkan beribu igauan
ke dalam riuh Minah.
biarkan ia hengkang sebagai nyanyi
berjalan kembali ke arah dunia yang mati.”
(15.39.2022)
–
RACUN MINAH
kedipkan lentik bulu mata, kekasih
biar kusimpan kecantikan
ke dalam buah tutur kata-kata
lahir dari kau yang paling dipuja:
Minah Mirahwati!
ini malam, hidupkan asmara
dalam kencan berdua
berjalan di antara suka duka cinta
kedipkan lentik bulu mata, kekasih
biar kutulis kecantikan
sebagai puisi paling manis
berdeguplah namamu
dalam semesta yang liris:
Minah Mirahwati!
puisi yang kekal menyala
di antara ingatan paling rawan.
(02.25. 2023)
–
KETIKA HANTU MENCULIK MINAH DARI KITAB SUCI
1
hantu-hantu bersiasat
menculik Minah yang malang
anak perempuan jalang
sibuk mencari ayahnya
dalam setiap doa
meski tak kunjung ditemukannya
kata yang lebih tepat selain amin
2
Minah mencintai kitab suci
sebagaimana rindu yang menggonggong
dari dalam dirinya, terkadang meraung minta diampuni
meminta pelukan hangat hantu-hantu
3
sekawanan dosa
menyeret-nyeret tubuh pahala
kelak Minah akan menemukannya
terasing dari kerumunan warga kota
4
mana darah
dari dagingmu
biar kusantap kalap
agar sempurna segala kemalangan
sunyi yang akbar
mengeluhkan ingar-bingar
hantu-hantu berubah jadi gadis pingitan
meminta Minah ikut khusyuk
nonton zaman telanjang
5
mengarak neraka keliling kota
berorasi mimbar ke mimbar
membawa-bawa nama Minah
dan pahala
barangkali kitab suci
berupaya pulih
mengembalikan neraka ke dalam narasi
mengurung hantu-hantu
6
membiarkan pahala tertawa
menonton Minah yang mendadak tenar
sebagai host acara setan
memajang kecantikan
pesona pertama yang tak ingin dilewatkan
lelaki-lelaki muda
antara dinihari mengerang
merapal doa yang telanjang
(02.20.2023)
–
MENCURI IBU
kupikir penyair ada benarnya
menculik ibu dari kolom koran minggu
membawanya jalan-jalan ke pekan raya
mengajak nonton bioskop sambil membayangkan bapak pulang
dengan negara yang batuk-batuk di punggungnya
penyair tak pernah salah
hanya kadang suka banyak tingkah
laku yang ditempuhnya begadang semalaman
meminum kopi bercangkir-cangkir
hingga matanya betah sampai pagi
ibu dicuri, diculik dongeng pendek
dari sebuah buku tua
di situ ada kakek, mengucap dadah
dan selamat tinggal tahun jadah
kita akan kembali jumpa di siaran lain
bukan dalam antena yang diciptakan puisi
sudahi kegilaan
biarkan segala kejadian dicatat mata asu yang durhaka
cinta tak mungkin salah pintu, pasti dirabanya terlebih dulu
tikungan demi tikungan, rumah ke rumah
agar rindu tidak salah antar
iya, bu
asu masih setia merawat kenangan yang sobek setengah
televisi masih aman menonton kita
terkadang suka bersin
tanpa mau mengucap amin
permisi, apakah ibu masih duduk
di pangkuan masa lalu? di situ banyak asu
hatinya lebih durhaka
ketimbang hari tua yang celaka
(20.25.2023)
–
MENCARI MINAH
tak kubiarkan kesedihan meminangmu
sebab cinta yang berkubang dalam hidup
belum lagi redup. akan kucari kau ke seluruh pasar
yang tersebar di penjuru kota. kucari kau ke berbagai sudut jalanan
dan upacara perayaan. tapi tak juga kutemu alamat jejakmu singgah
maka kuputuskan mendera diri dengan kemungkinan-kemungkinan
barangkali kau berdiam di gemuruh sajak yang aku tuliskan tiap petang
menjadi kobar bagi majas penghabisan, terpekur pada apa yang ditolak sepi
(10.05.2023)
–
MINAH LAHIR KEMBALI
ini hari Minah lahir kembali
ke dalam barisan koran pagi
para penyair menyambutnya
dengan segenap suka-cita
Minah senang-senang saja
betapa hidup tak pernah percuma
pepatah itu pernah didengarnya
dari seorang penyair tak bernama
Minah bernyanyi
melantun segenap nyeri
disucikan bunga-bunga puisi
(01.20.2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA