Luka & Sejumlah Sepi
kota ini terbuat dari siang yang lambat,
malam yang terlampau tergesa, berlalu
sementara, kesunyian mengental
pada ingatan yang mengambang
dalam riang tarian masa kecil
sedang tubuhku, tubuhmu & pengembara asing
rentan lapuk dihantam cuaca—
di kota ini,
tak pernah ada suhu yang pas
bagi seluruh kepala yang belia
menghadapi luka & sejumlah sepi lainnya.
(Pedukuh, 3 Mei 2025)
–
Hanya Puisi
di mana ujung kesedihan ini
akan bermuara?
di langit luas yang menyimpan
beratus-ratus doa & airmata
dalam kesunyian panjang
yang tak kunjung reda,
atau, di laut dadaku yang dalam
menyimpan kekosongan
kesendirian,
keterasingan
yang tak bisa dijelaskan
kecuali puisi,
hanya puisi
yang bisa memahami
—semua ini.
(2025)
–
Hidup dan Mencintai Puisi
di ranum kesunyian ini
tiada seorang pun yang
akan memahami kau
(tiada)
kecuali puisi & selaksa
kata-kata yang mekar
dari hulu dadamu
kecuali doa-harapan
yang lagi-lagi tumbuh
di sela hari-hari selama
kau hidup & mencintai puisi
—serupa mencintai diri sendiri.
(2025)
–
Kecamuk Takut dan Sedih
hujan turun serupa deras tangisku,
ibu mengunci diri di keheningan malam
yang mencabik-cabik perasaan,
betapa kami sama lemahnya,
tanpa hangat lengan ayah
yang sedia mendekap seluruh
kecamuk takut dan sedih
sedang (petaka)
tumbuh lebih subur
dari hari ke hari
seolah siap mencekik
leher kehidupan
yang kami miliki.
(2025)
–
Menanak Sunyi
aku menanak sunyi
di lereng bukit perjalanan.
tanah liat, batu tajam,
hutan rimba,
& kesunyian panjang
bergelayut di tubuh waktu.
hari-hari berguguran,
serupa usia yang tanggal
setiap tahun.
kesunyian menajam,
ingatan perlahan
terkikis oleh waktu,
serta nasib baik-buruk
yang tak mudah
disangkal.
(April, 2025)
*****
Editor: Moch Aldy MA