Perempuan kelahiran Jakarta, 2002. Senang menulis, membaca, dan berkeliling kota. Dapat disapa melalui Instagram @devioktaavv

Memungut Pisau dan Puisi Lainnya

Devi Oktaviana

1 min read

Memungut Pisau

mereguk arak
dalam keadaan muak
memahat dengan banal
kepala orang-orang cabul

jiwa hilang dihirup nestapa
bersama luka menganga
oleh orang yang gemar mengobjektifikasi
maupun memanipulasi

ia melolong antikekerasan
menggema perjuangan
menjual hak perempuan
tapi, bertelanjang pada kemunafikan

memungut pisau dalam cawan
kucungkil bola matanya
yang kerap menyambangi tubuh lain
dan kuseret ke neraka

(November 2024)

Rona Inai Terakhir di Tanganmu
: untuk Seher dalam kumcer Subuh dan semua korban kekerasan seksual

Seher
sudah cukup kau digerayangi remukan kelam.
budaya-budaya biadap merenggut suaramu yang menyeruak
diringkus kekangan
dicengkram ketakutan.

keringat bercampur inai
debu menyepuh rambut.
udara tak sanggup merampas keberanianmu.
ibu terisak sambil memandangi aliran darah di tanah Cukurova
tanpa bisa melakukan apa-apa.

Seher, izinkan aku
aku ingin menyarangkan peluru di dahinya
jika dia mati, tak sudi menengok batu nisan.
kudengar lengkingan pedih
kuberteriak semarak kali ini
berharap kenahasan yang menimpamu tak terjadi lagi.

(Juli, 2024)

Jejaknya Masih Merangkul Pinggangku

sudah hampir tiga tahun
aku ingat pertama kali melihatmu
berkemeja flanel merah, sepatu converse merah
diam saja, irit kata

duduk di luar sekretariat, lalu menggeliat
cape, tuturnya. masuklah, gumamku
balasan story whatsapp menyembul
ternyata darimu, “sabtu kuliah, kak?”

menyusun cerita 2023 yang sangat indah
kau di sampingku, menggenggam tanganku
memeluk dan menerima
dengan segala kurang-lebih

kau suka ikan, aku suka kucing
“nanti ikanmu dimakan kucingku, haha…”
“jangan, aku sudah merawatnya.”
drama lucu tiap waktu melihat wajahnya memerah

ia pergi atau aku yang pergi
bait puisi tetap terisi
sama saat kau menghapus jejakku di lengan kiri
tapi jejakmu masih di sini

(Desember, 2024)

Dialog Satu Tahun Satu Bulan

2.511 kelaluan yang lalu berhaluan
tanggal 2 selalu ingar bingar tak kulupakan
ulang tahunmu, kan?
masih 2 bulan, tapi sudah kupersiapkan

hadiah bulan jadi saksi korban penyiksaan
supaya kautetap ingat negara bisa melakukan kejahatan
merampas mereka, mungkin kita ke depan
atau kelaluan kita yang dihapus berisi kenangan

negara memang kebiasaan
mengubah tempat bersejarah jadi gedung pemerintahan
termasuk tempat-tempat kesukaan
saat kaumencium pipi kanan

(Januari, 2025)

Jogja Tidak Istimewa

jogja tanpa kau, tidak istimewa
kau tanpa jogja, tidak istimewa
jogja tanpa aku, tidak istimewa
aku tanpa jogja, tetap istimewa
karena ada kau

(Januari, 2025)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Devi Oktaviana
Devi Oktaviana Perempuan kelahiran Jakarta, 2002. Senang menulis, membaca, dan berkeliling kota. Dapat disapa melalui Instagram @devioktaavv

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email