aljannah, seseorang yang ingin memperpanjang rentang usia dengan banyak membaca & menulis, aktif membagikan beberapa karyanya di Instagram @aljannah.9 dan TikTok @aljannah.9

Melipat Cemas di Tanah Rantau dan Puisi Lainnya

al jannah

1 min read

Melipat Cemas di Tanah Rantau

di badan penuh rahasia
aku membungkus sedih
& melipat kecemasan
tentang hari-hari depan,
akankah waktu berlalu
berkali lagi di kota ini?

di jalan-jalan
padat yang hampir
tak pernah sunyi
klakson riuh berbunyi
suara-suara asing melayang
dan pecah di udara

atau di kamar kosku
yang sumpek & sedih
warna lampu suram,
pakaian bergelayut
serupa isi kepala &
pertanyaan-pertanyaan
tanpa jawaban

akankah selamanya
hidup berjalan begini?
di sini? akankah?

(5 Maret 2025)

Sesendok Sepi & Puisi

malam melarutkan sesendok sepi
dalam mangkuk kesedihan
di belahan kota yang ramai &
sempit ini, kau selalu berdoa;

agar kesunyian di dadamu
lekas menepi & kau mulai
pelan-pelan menata perasaan,
rindu, juga hal lain yang
tak pernah mampu kau bicarakan
dengan siapa pun, siapa pun
selain puisi

(Maret 2025)

Doa Sebelum Tidur

dalam sebuah tidur
pegal-pegal dipijat-hilangkan
nyeri hati sebab omong-omong
orang, lupakan, maafkan

dalam sebuah tidur
doa-doa dilafalkan—
semoga nyenyak
lelahmu, lelahku

esoknya, lelah minggat
aku & kau dibangunkan oleh
pagi yang tumbuh
dari banyak berkat

(April 2024)

Bekal di Rantau

di terminal kota, kata-kata
berlinang air mata
mengecup pipi ibunda
mendekap cinta dan ingatan
yang semoga berumur panjang

ibu mulai duduk di kursi bus
membawa serta ingatan, rindu
dan cinta yang ia biarkan
tetap tinggal untuk bekal
kau di rantau, sebelum
akhirnya sebuah kecup
dilimpahi pada dua pipimu

selepasnya, ibu berlalu
jauh & tak terlihat,
kau kembali sendiri
di kota yang ramai
kesunyian lagi-lagi setia
membuntuti arah pergimu

kerinduan serupa hujan
yang tak lekas reda
kau hanya bisa
mengingat-ingat pelukan,
nasihat dan bau masakan ibu
yang tak terjangkau
oleh tubuhmu

(2024)

Hidup Seolah Berjalan Lamban

suatu waktu, kesedihan
dinyanyikan di halaman
rumah ibu, di tembok-tembok
kayu yang suram warnanya
di kursi tua tempat ayah
melamun seorang diri
mengimani sunyi

dari balik pintu,
kepalaku rimbun dipenuhi
tentang mengapa kesedihan
tak pernah benar-benar
mampu disudahi & hidup
seolah berjalan lamban
dari kesialan satu kepada
kesialan lain, dan kami
tak pernah bisa beranjak
ke mana-mana

(2024)

*****

Editor: Moch Aldy MA

al jannah
al jannah aljannah, seseorang yang ingin memperpanjang rentang usia dengan banyak membaca & menulis, aktif membagikan beberapa karyanya di Instagram @aljannah.9 dan TikTok @aljannah.9

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email