Melalui Sudut Matanya
Melalui sudut matanya, aku melihat ia mencumbu seorang gadis selain aku.
Matanya berkilat menelanjangi gadis itu,
mencium dengan ganas bibirnya yang tipis,
kemudian mengharumi tiap inci kulitnya yang panas.
Melalui sudut matanya, aku melihat ia bercinta dengan gadis lain selain aku.
Desahnya mengudara lebih buas dari biasanya.
Tubuhnya condong, mendorong batang untuk berpulang pada relung terdalam.
Kulihat seorang gadis dengan tubuh kecil tertindih di bawahnya.
Melalui sudut matanya, ia berjumpa kelamin dengan gadis selain aku.
Dihabisi tubuh gadis itu dengan rakus,
mengabaikan tubuhku sebagai daging yang membengkak,
teronggok, dan tak lagi menawan.
Melalui sudut matanya, dalam sekali lirikan pada kedua bola matanya, aku yakin ia telah bercinta, bermasturbasi, bercumbu, dengan perempuan selain aku.
(20 Mei 2023)
–
Ia Bernama Pria
Kenikmatanmu adalah penjara bagiku.
Desahanmu menuju nirwana, menunggangiku sebagai perantara,
betapa aku dikukuhkan bak hewan.
Kau merengkuh nafsu pada bukit-bukit kesakitan,
menghadirkan bulir air mata dengan tawa yang menggema.
Betapa mengerikannya membunuh jiwa dengan meminang raga.
Dalam keletihan yang menyiksa, kau tetap menunggangiku.
Secara berulang,
ribuan kali tanpa jeda.
Dengan segenap keberingasan, aku dibantai sebagai insan.
Terpelanting ke dasar pendegradasian, menjadi paling tak berdaya dan paling berdosa.
Sebagai manusia yang dirampas, keberanianku raib, dan tak ada yang tersisa selain keputusasaan serta detik yang kubunuh dengan sayat demi sayat luka di tangan.
Kau adalah monster paling mengerikan yang pernah tercipta,
kau, bernama pria,
melumpuhkan rasio dengan nafsu,
membunuh setiap perempuan dengan benda petaka di antara selangkanganmu.
(20 April 2023)
–
Sabda Hipokrit Seekor Burung
Apalah arti celana yang sudah basah, ‘bila kau tinggal macam rongsokan tak bertuan?
Apalah arti kutang yang terlepas sepihak, lalu tertinggal tanpa sentuhan?
Kau tergesa untuk membuka,
kau pula yang pertama mengenakan celana.
Setelah tersingkap tak bersisa,
kau tinggalkan tubuhku macam film biru yang baru setengah terbuka,
setengah terburu nafsu, dan setengah teringat dosa.
Kau meraih kemenangan dengan kecurangan,
meninggalkan celana dalam yang basah,
kutang yang bertebaran,
dan badan yang telanjang,
tanpa mengizinkanku mencicipi kenikmatan.
Sebelum melangkah keluar, bibirmu bersabda ingin menjaga kesucian,
namun tonjolan di antara celana tak bisa berdusta bukan?
(Ia mencuat bak mercusuar)
Maukah kau berkata sejujurnya?
Hendak menjaga kesucian atau sudah keluar?
(Februari 2020)
–
Kematian Itu, Kini Datang
Benih dalam tubuhku beranjak menjadi kecambah
dalam kapsul waktu, kian membesar seiring keresahan batin yang mengudara
Membulat, bermetamorfosa menjadi malapetaka
Lamat-lamat, kiamat mulai mendekap.
Tanpa pesan yang dititipkan, tak ada surat yang tertinggal,
kau melenggang pergi,
meninggalkan pil aborsi dan nyanyi paling sunyi.
Sebuah kehidupan kini bersarang bersama masa suram yang bersemayam.
Aku akan gagal menjaga raganya,
dan api neraka siap menelan tubuh mungilnya dalam kesepian,
jika itu adalah keputusan, maka tak akan ada yang tersisa di antara kami
selain jasad yang tergeletak
bersama luka yang tiada penawarnya.
Malam ini,
aku akan menunaikan kegagalan sebagai seorang ibu, sekaligus merayakan kelahiran bersama jerit dalam neraka.
(3 April 2023)
–
Seorang Perempuan
Dari rahim ibu,
aku mengenal cinta sebagai bahasa.
Dari rahim wanita,
aku bermandi asih meskipun dunia langka akan kasih.
Dan dari rahim ibu, seorang wanita yang bekerja sebagai jalang,
aku belajar menuai ribuan rindu dari berbagai pria.
Sejak dari rahim, aku ditakdirkan sebagai perempuan.
Diajarkan untuk haus validasi, menuntut cinta, dan merindu nafsu dari pria yang tak setia.
Ketika dewasa,
seluruh rasa yang menempa sejak dalam kandungan
beranjak menjadi sebuah kehancuran.
Tak ada lagi kebebasan,
hanya ada tuntutan, rasa tak aman, dan kekang seperti hewan yang ditakdirkan untuk bekerja dalam sebuah peternakan.
*****
Editor: Moch Aldy MA