KAWANKU AGUNG
datangkan beribu umpama ke dalam diriku
semisal ketika sajakmu mengembara ke jagat maya
tapi mendadak nyungsep ke selokan rubrik sastra
tenggelam dengan patokan nisan tanpa nama
umpama-umpama mengepung kepala
dari berbagai petanda ia tiba
semisal ketika sajakmu minta rokok
di pagi buta, segelas kopi lengkapkan
sunyi yang terjaga
kau pun berkata dengan sekelumit prasangka,
“sajak-sajakku bakal terbaca,
meski ia lebih suka sembunyi ke balik cuaca!”
(Gubeng, Februari 2023)
–
BIOGRAFI KAMAR MANDI
segala cinta telah menelanjangi kita
melucuti keyakinan yang mendekap dada
lalu terlepaslah doa-doa
membasuh kesunyian yang fana
tak ada lagi beda, apakah rindu
atau sekadar hampa belaka,
sebab di sini, segala pukau akan lahir
seiring guyuran air deras bersuci
mendadak terkenang hari-hari penuh deterjen
dan seorang bidadari yang menulis puisi
seraya mencuci kecut mimpi
minggu datang membawa hikayat debu-debu
ingatan yang membuatmu sembilu selalu
“lelakiku, masihkah penyair
dan menjadi tulang punggung kata?”
“atau telah berserah pada sunyi kamar mandi
mengubur segala duka yang rahasia?”
(Gubeng, Maret 2023)
–
MAYAT SEORANG PENYAIR
dunia samar meninggalkanku,
jantung segala jantung
menimbun dukacita di balik malam
sebuah kota menyerahkan dirinya
pada pecahan-pecahan kaca
lalu maut mengucap, di luar sembahyang
tak lagi jiwa yang khusyuk
ingatanku bermalam pada pusara
perempuan-perempuan menadah darah
yang berhulu dari kuburku;
“o, Maha Baka,
sebuah jalan bakal terbuka,
menjemput arwah buta cahaya!”
rumah di kejauhan
menunggu pengakuan
doa-doaku yang bisu
“o, penyair, sudahi senyap kubur,
guratkan lagi kata-kata manis bertutur
meski catatan hitam terserak gugur,
sebelum bintang-bintang dijatuhkan percuma,
dan dunia mengabur sebagai barisan tanda tanya!”
(Gubeng, Maret 2023)
–
MENDENGAR KAPUAS
kota yang lahir dari air, ke manakah bakal bermuara
masihkah ada arus yang mengalir dari kehijauan suara
menghanyut lagu-lagu maha tenang di telinga?
belasan tahun kita sama meninggalkan
tapi bayanganmu, yang hijau dalam samar pikiran,
menggenang sebagai batang-batang kalakai bergoyang
inilah diriku, dilahirkan antara kata-kata
tak henti berpusara, menyusun bayangmu kembali
dalam keriuhan kepala
maka bacalah sajak ini sebagai dusta belaka
dunia yang tak sepenuhnya rahasia
menyusun kembali ingatan dari masa belia
(Gubeng, Desember 2022)
–
ANTARA PEKARANGAN DAN AKHIR PEKAN
sore yang berjalan-jalan ke pekarangan,
membawa kanak periang dengan tampang setengah lugu,
“mau cari hantu”, ia bilang
tapi hantu-hantu sedang piknik ke akhir pekan
berkerumun di setiap taman
pada ranting-ranting ranggas pepohonan,
beriring kumandang kenangan
(Gubeng, Maret 2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA