SEPANJANG JALAN
hanya ada warna krem
pada jalan-jalan lusuh
berdebu itu
pabrik-pabrik tua di ujung jauh, dan
laut-laut yang tampak mati,
masih membekas warna biru
seperti lebam karena
perkelahian
setiap kau menoleh
tebing-tebing cadas
menanami ilalang rapuh
dengan batang-batangnya
yang berserak di atas
rumah-rumah:
atap berseng hitam, yang
panasnya seperti knalpot
yang telah mengempas
pesisir tak berujung
mungkin masih ada karang
di halaman belakang
dan sauh itu
tampak berkarat
berkat tali-talinya basah
karena tangis sore hari
sampan hampir tak ada
sehingga kami hanya mampu
menerka sejauh mana
mata bisa memandang
angin yang menjauhkan
daratan itu
cuaca pun memucat
dan kami tetap terasing
dalam perjalanan panjang
tak lekang waktu ini
–
PERCA-PERCA KITA
barangkali aku, barangkali kau
dan kita telah bersiap
untuk mengenali
sepi masing-masing
pada kandasnya rerumputan liar
suara-suara kicau berubah,
karena kita yang tak utuh, juga
karena segala pun mendadak ripuh
senja berlari, dan sisa
cahayanya mengiris perlahan
batu-batu yang tak siap menepi
dari dinginnya hari
barangkali aku, barangkali kau
menempuh lolongan yang
berat ini untuk mencari
langit yang tak terlihat
–
DI DALAM DIRIKU
kau telah membekas
aku tahu itu
karena badai berputar singgah
menggedor-gedor pintu
pekaranganku
kita bicara banyak
juga berjalan dengan
hitungan yang banyak
dan,
itu terasa seperti selamanya
diam-diam
taman yang kita lalui
mengudara, lalu berpilin
hingga menyemai
melahirkan burung-burung
yang mungkin bisa
mengepak-ngepak
tumbuh
dan setelah itu,
aku telah menempa namamu
di dasar dadaku.
–
MASIH KUINGAT
apabila
siang itu
terasa sejuk
itu karena
aku melumat
ucapan yang
telah lama
aku nantikan
setapak
yang kita
langkahi itu
bersemi segala
waktu
perasaan
mengubah
pandanganku
mengubahnya
menjadi
ucapan
yang tak
mungkin lagi
diredam
dan kau
pada akhirnya
telah mendengarnya
–
BERJATUHAN
yang berjatuhan,
juga yang tak lagi bisa
dipungut,
hatiku jatuh seperti
jambu yang terlalu masak
bebutiran bijinya berserak
seperti kata yang tumpah
kemana-mana
daun tetaplah bergemerisik,
seperti lonceng yang dilalu angin
aku pernah berdiam
menolak hasrat untuk
menulis puisi ini
mencoba bertahan dari
deru yang hebat
mencoba terbiasa
dari kibasan mimpi
yang meluluhlantak
tetapi kau,
mampu
mengubahku menjadi lautan
dengan mataku yang masih terbuka
(2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA