Masih Ada Yogya Hari Ini
masih ada lagu dengan lirik yang lirih
dan pelan diiringi langkah kecil gamelan
macapat merambat ke tugu pal putih
semacam kesepakatan pada tengara
degup jantung yogya yang terus menguar
menyusup ke dalam palung ruang dengar
dan juga degap degap cetusan harum kabar
perjumpaan dengan bermacam khayalan
yang memanjang di ruang ingatan
masih ada gema dari percakapan
orang orang di warung angkringan
di pos ronda, di angkutan umum, di pasar
tawar menawar pada nasib
yang dibawakan oleh naga tahun
yang acap berpindah tak terduga
seperti ada suara seseorang di dalam kepala
menyampaikan riwayat sebuah kota
yang tak ubahnya tetap sebagai dusun
masih ada sepi yang terawat dengan hati hati
terus mengada sebagai detak tafsiran
berdamai dengan uluran kenyataan
atau sedikit berbelok ke ceruk plesetan
menjadi bagian dari variasi ungkapan
yang bergerak di ambang gurauan
mengembangkan jelajah napas keriangan
hidup hanya mampir guyon dan gojek
berbaur antara tertawa dan mentertawai diri
2022
–
Tak Ada Perantau di Yogya
orang orang datang seperti gelombang
dan masih terus memanjang
mereka merasa ditarik oleh suara suara
yang merayap di alam bawah sadarnya
agar segera mengunjungi yogya
sebuah wilayah yang rajin kirimkan sinyal
seperti sebelumnya telah mengenal
mereka tak lagi sedang merantau
tetapi tengah berada di rumahnya
di kampung halaman dengan berbagai pepohonan
deret kesadaran dan kesabaran yang bertumbuh
seperti pelukan orang orang baik dari masa lalu
yang terus menghidupi waktu
di tempat kelahiran kedua, mereka berkata
ya yogya yang amat grapyak
menyambut dan memeluk
mereka yang merasa amat kangen
pada keseharian yang lamban
lambat berjalan sembari berbisik
nikmati saat ini dan di sini
bak di taman sari dengan harum tembang, sungguh
keberadaan yang teduh
kesederhanaan yang penuh
2022
–
Utang di Warung Makan
hampir mati di yogya
ketika wesel belum tiba*
terngiang lagu keroncong era perjuangan
yang telah diubah syairnya
oleh anak anak muda yang juga pejuang
bagi cita cita dan cintanya
modal banyak omong dan ramah
serta rasa iba seadanya
pada pemilik warung makan
demi sepiring nasi dan sayur
dengan banyak kuah serta sambal
dan lauk daging atau ikan dalam angan angan
tapi cowok cowok seperti itu pemberani
di sela sela jam kuliah masih saja suit suit
pada jetheny paru maksudnya cewek ayu
menggoda dengan lagu kemesraan
dari wajah yang memang pas pasan
dan sudah terbiasa pasti akan diabaikan
lalu awal bulan jadi hari pelunasan
atau kadang hanya mencicil sebagian
dan pemilik warung jadi mecicil nasibnya
kisah utang di warung makan tetap disimpan
jadi rahasia hingga tiba hari kelulusan
lalu berjingkrak gembira saat wisuda
lunas sudah masa masa penderitaannya
tertebuslah hadiah dengan angka ipk dua koma
2022
*plesetan/perubahan pada syair bagian awal dari
lagu Sepasang Mata Bola ciptaan Ismail Marzuki.
–
Makan Lima Mengaku Dua
kita adalah bagian dari generasi yang punya drama.
makan bakwan, tahu dan tempe goreng lima, lalu
bilang dua pada pemilik warungnya. kita bolehlah
nakal kecil-kecilan, berharap tuhan kasih ampunan,
dan ini bagian dari riwayat penghiburan. toh, kisah
cinta masa remaja kita kerap remuk dan hancur
hancuran, penuh dengan penolakan dan diabaikan.
maka, biarlah gorengan membantu sedikit kehangatan
bagi terbitnya tawa yang bertahun tahun tertahan.
2022
–
Segawon
di yogya segala hal didudukkan
dalam kehalusan rasa dan penyebutan
yang punya cakar atau yang tak punya pacar
yang punya taring atau yang bernasib kering
dipanggil dalam keintiman
gonggong atau gerutu disimpan
jauh jauh di pedalaman senyap
hanya sesekali meledak atau meletup
untuk memecah sepi yang mulai berlumut
melompatlah seekor nyanyian di mulut
maka setiap perjumpaan yang dirayakan
mesti dikemas dengan tata krama sopan santun
meski tak ada sampiran seperti di pantun
agar semua tetap merasa berhati nyaman
dengan nasib yang terkaing kaing jadi bulan bulanan
2022
*****
Editor: Moch Aldy MA