Pria-pria paruh baya mempercepat langkah mereka di FX Sudirman. Sambil sedikit berlari, mereka memasuki Teater JKT48 ketika musik di sana sudah diputar. Di ruangan seluas sekitar 30 meter persegi itu, para penonton mengayunkan lightstick yang mereka bawa mengikuti irama lagu. Sesekali, mereka meneriakkan chant, menyahuti lagu-lagu yang dibawakan, dan memanggil nama idola-idola mereka.
Munculnya JKT48 dan produk kebudayaan Jepang lainnya ternyata berkaitan dengan runtuhnya pemerintah otoriter Soeharto pada 1998. Pasca Orde Baru, terjadi liberalisasi besar-besaran di sektor media massa dan kebudayaan. Segala bentuk ekspresi kebudayaan muncul dan berebut pasar di Indonesia. Kebudayaan populer Asia Timur seperti Korea, Cina, dan Jepang mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat kita.
Sebenarnya, kebudayaan populer Cina seperti musik dan film sudah menemukan pasarnya di Indonesia pada dekade 1970-an dan 1980-an. Mereka populer dengan film-film silatnya. Sementara itu, musik-musik jadi populer karena diputar di klub-klub malam atau melalui penjualan kaset musik yang berisi soundtrack film-film populer Cina.
Yang berbeda, menurut Rachmah Ida dalam Popular Culture in Indonesia: Fluid Identities in Post-Authoritarian Politics, adalah penerimaan pasar yang besar terhadap produk budaya non Barat. Dapat disebut bahwa hal ini adalah kemenangan terhadap kebudayaan Barat yang telah lama mendominasi pasar kebudayaan pada masa Orde Baru.
Hal ini tidak bisa dilepaskan dari privatisasi stasiun televisi pada akhir 80-an. Stasiun TV swasta tampil beda dengan menawarkan pilihan acara TV yang lebih mengglobal. Meski ada peraturan untuk memprioritaskan produksi dalam negeri, nyatanya sebagian besar acara TV kala itu impor. SCTV, misalnya, menyajikan film-film Hong Kong dan Taiwan, TPI menayangkan film-film India, sedangkan Indosiar dan RCTI menayangkan anime pada minggu pagi.
Krishna Sen dan David T. Hill dalam Media, Culture, and Politics in Indonesia menyebut bahwa selain melalui anime, penetrasi kebudayaan Jepang juga terjadi melalui komik dan musik. Musik pembuka untuk drama TV Tokyo Love Story oleh Kazumasa Oda yang berjudul Love Story wa Totsuzen ni yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia mendorong familiarisasi masyarakat terhadap kebudayaan Jepang.
Besarnya pasar konsumsi kebudayaan Jepang ini kemudian mendorong terbentuknya JKT48, salah satu waralaba (sister group) grup idola Jepang AKB48, pada tahun 2011.
Baca juga:
Idola yang Dapat Ditemui dan Ekonomi Afektif
Ekonomi afektif, seperti yang dijelaskan Henry Jenkins dalam Convergence Culture: Where Old and New Media Collide, adalah konfigurasi baru teori pemasaran yang membuat, mengembangkan, dan menjaga hubungan antara idola dan penggemarnya untuk membentuk keinginan yang berdampak pada keputusan pembelian.
Ketika didirikan di Indonesia, JKT48 membawa konsep baru yang disebut “idola yang dapat ditemui” (idol you can meet). Konsep ini membedakan grup-grup 48 dengan idola yang datang dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Konsep idola pada umumnya menitikberatkan pada interaksi virtual antara idola dan penggemarnya. Penggemar hanya bisa melihat idolanya melalui layar atau datang ke konser bersama ribuan penggemar lain. Sementara itu, konsep grup-grup 48 menitikberatkan pada interaksi langsung antara idola dan penggemarnya. Pengalaman berinteraksi langsung dengan idola inilah yang menjadi nilai jual unik.
JKT48 hampir setiap hari menggelar pertunjukan langsung di Teater JKT48. Ruangan teater yang kecil dan kursi yang terbatas membuat idola dan penggemar dapat saling melihat dan mengenal satu sama lain. Dalam pertunjukan langsung, sering ada interaksi langsung antara idola dan penggemar. Misalnya, penggemar bisa memanggil, menyemangati, atau menggombali idolanya. Ketika pertunjukkan sudah usai, para penggemar melakukan tos dengan idola mereka yang berbaris di pintu keluar.
Belum puas dengan interaksi di Teater JKT48, penggemar bisa berinteraksi lebih personal dengan idola mereka melalui acara berjabat tangan (handshake event). Di acara tersebut, para penggemar bisa bersalaman dan berbincang dengan idola mereka sepanjang durasi yang ditentukan oleh banyaknya tiket. Tiket ini bisa didapatkan ketika penggemar membeli JKT48 Download Card. Semakin banyak penggemar membeli JKT48 Download Card, semakin banyak tiket yang mereka miliki dan semakin lama juga mereka bisa berbincang
Bila berhalangan hadir, penggemar masih punya opsi untuk melakukan video call dengan idolanya sebagai bonus pembelian JKT48 Digital Photobook. Interaksi personal antara mereka juga dibangun melalui private massage yang bisa diakses dengan membayar biaya langganan.
Penggemar JKT48 biasanya punya seseorang yang paling didukungnya (oshi/oshimen). Penggemar berhak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum (sousenkyo) untuk menentukan siapa anggota JKT48 yang akan mewakili grupnya dalam rilisan lagu baru.
Meskipun terdengar demokratis, nyatanya penggemar mesti membeli produk tertentu agar mendapatkan hak suara. Tak ada batas berapa banyak penggemar bisa membeli produk. Semakin banyak penggemar membeli, semakin banyak hak suara yang ia dapatkan. Jadi, jika seorang penggemar bersikeras agar oshi-nya menang, ia mesti mengorek dalam kantongnya.
Sebagai imbalan atas kesetiaan penggemar, JKT48 memberikan penghargaan Most Valuable Participant bagi penggemar yang menonton pertunjukan di Teater JKT48 sebanyak 100 kali dan kelipatannya. Penggemar merasakan kebanggaan tersendiri ketika dikenali atau diperhatikan oleh idola mereka. Bentuk perhatian si idola ini beragam, misalnya menggunakan hadiah yang diberikan oleh penggemarnya, menoleh atau menyahut ketika dipanggil, bahkan mengomentari laku penggemar melalui media sosial.
Ada perasaan senang dan ketergantungan terhadap kesenangan yang terus-menerus distimulasi oleh konsep idola yang dapat ditemui. Interaksi yang timbul dari situ lantas menghasilkan hubungan yang dekat antara penggemar dan idola. Penggemar-penggemar lain yang belum dekat dan ingin dekat dengan idolanya jadi tidak pikir panjang untuk membeli produk-produk JKT48.
Editor: Emma Amelia
One Reply to “Belilah Banyak dan Lebih Banyak Lagi: Kiat Berjumpa dengan…”