Langit yang Jauh untuk Kecoak yang Terbalik
Katamu orang-orang yang kesepian bisa menjadi sangat picik;
seperti ketika aku mengutuk gedung-gedung bertingkat yang ceroboh memeram getas tubuhmu,
ketika diriku menyerapahi matahari yang terburu-buru melompat menuju ufuk
sebab kala itu rindu telah sibuk membesuk layar ponselku;
kau begitu suka mengulang-ulang cerita yang lapuk demi mengusir malam-malam yang suntuk
kau juga piawai mengalirkan percakapan-percakapan yang jemu dan buntu,
banyak hal menarik dari perbincangan dua kepala yang tidak menarik.
Katamu, kita yang berjarak lima senti setiap detik bisa menjelma menjadi seekor kecoak;
mesti rela tergugu di hadapan dupa-dupa yang beranjak menjadi abu
mesti sudi bergeming mematri sirep doa di sepanjang yaum dalam tubuh rosariomu
barangkali, kita memang sepasang yang murung dan berkabung.
Namun, kau dan aku masih begitu fasih melantak segala jarak yang terbengkalai
tapi kita hampir lupa—ada satu jeda yang membuat geletar dan getar ini tak pernah usai;
kerap kali kaubawa sekerat doa di atas pucuk-pucuk cemara milik Maria
tapi sialnya segala aminku lesap begitu saja sebelum menjangkau langit-langit gereja
sebab kita memang terlahir dari rahim Tuhan yang tak sama.
(Malang, 8 Juni 2023)
–
Bir
Ada sebuah pesta yang lebih gigil dari udara pukul empat pagi
yang sibuk menggigiti kulitku. Di sana teh dan kopi
tak hadir setelah terganti oleh para bir
luka-luka kaku mesti luruh malam ini
tawa-tawa mesti dihamburkan bersama bir-bir yang tak lagi berbuih
katamu,
aroma bir seperti siasat menunda kematian setelah nyaris tak bisa kaueja satu pun pelukan
katamu seteguk bir adalah perjalanan mengabaikan diri paling naif
biarkan aku terjebak di dalam pesta yang kubuat sendiri
selarut ini, bir-bir menjelma menjadi teman masa kecil
yang begitu tekun mengajari bahaya-bahaya yang indah.
Dan,
ada sebuah pesta tiada akhir yang riuhnya sembunyi di dalam kepala
ia tak ingin usai,
ia menunggu para bir menuang kecemasan-kecemasan baru di dalam gelas-gelas rapuh di tubuhku.
(Desember 2022)
–
Debu-debu Jalanan
Ada ingatan yang hendak diberai oleh waktu
bagai sunyi melingkar di meja makan
bagai gerimis debu menempeli buku-buku di rak kepala
yang hendak menepikan luka yang tersalib di antara tubuh dan usia.
Kita sama-sama pejalan yang menginginkan lupa
ketika semua orang di dunia justru berebut memesan ingatan yang tak pernah menua.
Kepada Tuhan kau mengadu bagai pecandu masa depan
kau memakamkan kenang yang begitu sepuh di dalam cangkir-cangkir kopi yang rapuh.
Lewat terik kau membakar lembar ingatan yang suka menanggalkan genang di ceruk mata
lewat remah-remah hujan kau menenggelamkan sisa kedukaan yang meniduri kelopak mata
sebelum akhirnya menghanyut pada muara,
kepada muasal, dan sesal, “kenapa kita mesti memelihara luka?”
Dan, kita masih sama-sama pejalan di dalam ingatan kita sendiri.
(Malang, 18 Januari 2021)
–
Nang
Nang, menjelang petang kepalaku akhirnya pecah usai menahan kenang
meluber memasuki gorong-gorong waktu. Lalu, terbawa deras hujan tangisku sendiri
sebelum akhirnya bermuara pada detak jantungmu yang lama tak kusinggahi.
Nang, kau menawarkan kenang yang susut di sudut tubuh carut-marutku
yang tak sudi aku ingat, tapi malah enggan minggat
yang semestinya menguap, bukan malah meriap
membuatku menjadi tukang kenang yang tak bisa jalan-jalan ke masa depan.
Nang, tolong jangan membangun kenang di dalam dadaku
aku tak sudi bila dada ini kausulap jadi berkeping-keping friksi.
Nang, sebelum kau pergi jangan lupa kaucabuti sisa kenang yang kautanam sembarang
di dalam tubuh tandusku, di sepanjang kepolosanku.
Nang, pagi ini akhirnya dadaku meledak usai tersedak kenang
seperti katamu; perpisahan dan pertemuan seperti sebuah bayang dan raga yang mustahil tercerai
seperti sebuah kenang yang tergenang dalam kening di sepanjang hening.
(Juli 2020)
–
Semoga Jalan Menunjukkan Tuhan yang Benar
Jika matamu adalah Alkitab
maka tenggelam dalam arus air matamu adalah surga
dan ketersesatan ialah kegembiraan paling berharga.
Biarlah aku menafsir di antara ekor matamu;
mengeja alif hingga ya
sebelum sibuk menyusun ritus-ritus doa.
Jika jalanku sebatas jalan-jalan di antara
semua perjalanan. Panggil aku dari balik pelupuk mata
tanpa seruan; semoga Tuhan menunjukkan jalan yang benar.
Melainkan dengan ayat-ayat milik ibu;
Semoga jalanmu menunjukkan Tuhan yang benar.
(Juni 2019)
*****
Editor: Moch Aldy MA