Lalat, Gajah, dan Puisi Lainnya

Firnita T

49 sec read

Binatang

Di hadapan Nuh,
binatang itu berlutut
memohon bantuannya
ia ingin selamat
dari ombak, hujan,
dan kabar angin
yang begitu kencang.
mengguncangkan tubuhnya
untuk kemudian jatuh
ke palung galiannya sendiri.

Nuh masuk ke dalam bahteranya
dan begitulah Nuh tahu,
Tuhan juga menyelamatkannya

Gajah

seperti gajah
kaugunakan belalaimu
menyemburkan air
got bau sampah

sudah dilarang, jangan buang
sampah sembarangan, tapi
bukan rahasia, kaubuang
hajat sembarangan
meninggalkan jejak busuk
di ruangan suci

seperti gajah dalam ruangan
kau begitu menyesakkan

Lalat

Lalat berenang di tong sampah
ia hinggap pada fotokopian kartu keluarga
termenung di dekat popok bekas bayi
lalu membangun atap dari pembalut

Lalat mencari makan di gang gelap
ia mencium apel busuk yang lezat
ia mencicip kue basi yang manis
ia melihat sosok yang sembunyi
berharap tidak ditemukan
tapi mereka saling tatap

Lalat melihat binatang berakal
ia takut binatang itu mengejarnya,
menghabiskannya, dan menamatkannya
Lalat segera pergi dari gang gelap
meninggalkan binatang itu
mencelakai riwayatnya sendiri

Lalat enggan mendekatinya
apalagi hinggap di kulitnya
Aroma jamban masih lebih wangi
daripada perbuatannya

Anjing

Anjingmu mengumpat
saat kaumenggonggong
melihat tetangga baru

Kemudian, kaumenjilat-jilat
Mendengus kelaparan
Meminta yang tidak diberikan
Mengencingi yang bukan teritori

Anjingmu mengumpat
saat kaumenggonggong
Anjingmu saja malu
punya majikan sepertimu

Ular

Ular melingkar-lingkar
di atas pagar,
mendengkur
lelap tidur

Ular melingkar-lingkar
melilit lidah-lidah
mendesis
hati miris

Ular melingkar-lingkar
di atas pagar,
mendengkur
lelap tidur

Benar-benar, ular
bisa benar-benar
berbisa

Firnita T

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email