Krisis Identitas
Kau takkan mungkin dapat menemukanku
Meski aku tak sembunyi, lihat, tubuhku terang adanya
Namun, bayangan besar menyekap ceruk-jiwa:
yang meringkuk lemah-resah, tak tahu harus apa
Tolong, kata yang selalu diucapkan lirih setengah melolong
Lirih dan ragu, sebab siapa yang hendak bergegas menolong
jiwa lemah di balik bayang-besar yang berkuasa itu?
Kau pun tak mungkin percaya; aku diculik berlembar-lembar hidup-palsu
(Tangerang, November 2021)
–
Ruang Pribadi
Kucari aman di kamar tidurku
Kulongok bawah dipan dan menemukan hantu
dari dongeng siang-malam yang nenek suguhkan
Dongeng untuk anak nakal, kuingat itu dengan setengah terlupakan
O hampir kutemukan ia di kamar mandi
Di antara pancuran air keran, aku dapat membuat kolam kesedihan
Hampir, hingga abang-adik mengetuk pintu
menyuruh bergegas sebab kami hanya punya satu kamar mandi
Di kebun ibu, tanaman menolak sumbangan air mataku
Dalam gudang, kecoak dan cicak menjadi penguasa
Depan teras terdapat kamera pengawas dari rumah lain depan-kanan-kiri
Kutanya Ayah, di mana dapat kutemukan aman dan pintu dunia-damai tempat menaruh kantung beban sementara
Di sini, di rumah ini.
Katanya, dengan mata bulat tak berkedip seperti boneka di film populer
dan tak henti-hentinya begitu bahkan sampai aku menghilang
ke kamar tidur yang di bawah kolong tempat tidurnya terdapat banyak hantu.
(Tangerang, November 2021)
–
Teka-Teki
kausuruh aku selesaikan segera
kisi-kisi katamu menjadikannya mudah
dan sudah kausebar pula di mana-mana
tak dituntun, tapi hasilku kausuruh benar
kuberharap juga tepat supaya tak kaucecar
potong-potong petunjuk katamu
seperti tubuh dimutilasi rata sekecil jari telunjuk
kataku dan tahu harus bergegas tuntas
menyusuri kawah gunung berapi atau bukit menjulang
hingga keluar bumi kutelusuri terus jalan yang tak lurus
ahh, betapa rumit dan tak ada bedanya
baik kau atau perkataan kau
begitu pula mimpi-mimpi kau
yang dibiarkan oleh sebuah peta-buta
yang kautuntut; kutemukan kau di sana
(November 2021)
–
Meledak-Meledek
aku adalah bom waktu
sewaktu-waktu dapat meledak
meledak nanti, tak ada yang tahu pasti
pasti kau menebak-nebak
tebak saja sesuka hati
hati-hati jangan kausuruh meledak dengan sengaja
kesengajaan tak seketika timbul reaksi, tetapi selalu diingat lagi
ingatan merupakan unsur aku
aku adalah bom waktu
sewaktu-waktu dapat meledak
meledak nanti, tetapi pasti
pastikan jangan sengaja menginjak aku;
aku adalah bom waktu
sewaktu-waktu dapat meledak.
(November 2021)
–
Istirahat adalah Dosa
Lari, lari, lari
Kaukejar supaya aku berlari
Sudah, sebentar, berhenti
Aku ingin berjalan biasa saja
menikmati pemandangan pagi
dengan senang di dalam hati
Lari, lari, tak ada waktu bersantai lagi
Kaubawa cambuk bayang kesuraman
Takut, letih, sudahlah, sekian;
Rasanya aku akan mati sebentar lagi
(Desember 2021)