Kereta Cepat Empat Kaki dan Puisi Lainnya

Selo Rasyd Suyudi

1 min read

Ibadah Pe-kalah

Ada ratusan kesempatan ribuan jalan menuju kesuksesan tinggal ikuti alurnya hingga… mampus ‘kan? Ke comberan, ke genangan, ke aaa motivator yang hmm—mengapa begitu banyak bohongnya—mengapa gak jujur soal kenyataan sebenarnya ooo. Huft.

Bismillahi tawakaltu, aih, aku mencintai-Mu dengan sangat-sangat. Alallahi, ya Tuhan kami, oh, oh, la hawla wala kuwwata, sesungguhnya sujud ini, illa billah, karna sudah kalah sudah pasrah;
sudah-ah-sudahlah.

(2022)

Al-Maidah

Babi panggang,
o aku nggak tahu rasanya.
Anjing pun sama, belum pernah coba.
Alkohol, miras botol, ciu plastik—
ya aku pernah cicip.
Rasanya gak enak.
Enek pula.
Hanya buatku tambah pusing
dan melankolis saja.

Halal dan haram bisa
jadi pertimbangan.
Begitupun rasa, selera.

Kamu juga tahu itu—
tergantung lidah dan orangnya.

Sedang kursi, aku masih bingung…

Kamu kok doyan banget, ya?

(2022)

Kereta Cepat Empat Kaki

kita temukan kecemasan
di mata sore layu kepala batu.
nun, roh halus kedaluwarsa
keluar dari bekal makan siangmu.

turut berduka atas kenyataan
yang mandul gulana.

kita setubuhi gelap gelora.
alpa dari jalan-jalan:
kiri-kanan
yang mentok.

dan.
montok.
dan.
borok (?)

hati-hati banyak licin, sayang

khawatir gelas pecah
menabrak dinding.
aduh. kamu berubah jadi
gorden riang gembira.
tali plasentamu mulai
tumbuh dari pusar.
kembali.

aku. aku. aku.
apa…
kamu….
kesakitan.
apa… kamu…
kereta cepat empat kaki
korban tabrak lari?

(2023)

Kamu

suara dalam tembok. kursi panjang tanpa penonton. kamu menari di bahu raksasa. kamu todong tagihan rindu. kamu sadar, rindu hal personal, tak bisa dibagi apalagi minta split bill. kamu kesepian. kesian.

almamater tak dibagi. buku ribuan halaman masih segel. kamu nunggak spp bulan ini, bulan kemarin, dan mungkin bulan depan. kamu banal. unjuk rasa ngutuk negara, teman-teman ada yang masuk bui, ada juga yang hilang tak tahu di mana rimbanya, sisanya masuk partai. tapi kamu masih di sini. sendirian. kesepian. kesian.

matahari di layar hapemu. bulan yang pergi begitu saja tanpa perasaan. kamu linglung di kedinginan. bagaimana jadinya rumah tanpa sertifikat tanah, tanpa jendela dan kamar, tanpa mama, tanpa bapak, tanpa kakak, tanpa keluarga. kamu ngekost tanpa keduanya, ketiganya, keempatnya, semuanya. kamu pergi tanpa mereka. jadi masing-masing orang lain. jadi orang asing. kesepian. kesian.

(2022)

Hari

Hari ini kamu ingat
—hari itu:
Hari-hari yang
diwanti-wanti.
Hari-hari yang
berhati-hati.
Hari-hari yang
hampir

mati.

(2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Selo Rasyd Suyudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email