PADAM
ada yang mendadak padam di sore minggu
dan orang-orang di ibukota serempak meledak
dalam topik baru: negara main dadu!
sudah berapa jauh kita maknai padam
kata-kata mengucap innalilahi
sudah berapa tempuh makna diterka
padam masih sering datang meneror kita:
semisal ketika imaji berloncatan dari kepala
sedangkan keyboard hanya menulis baris liris,
“ada malam yang berlari ketika ingin berkucur rahmat”
puisi tak pernah gempar
mengurai kata padam
karena yang berakhir pejam
akan tetap terjaga
pada suatu pekan
yang khusyuk membaca tagline
“padam kembali datang meneror negara,
ketika semua yang gempar kembali samar”
ruangkopi, mei-agustus 2023
–
PADA SEBUAH MIMBAR
kata-kata tak lagi percaya
sebab dunia hanya bunga
dan harumnya yang memperdaya
seseorang datang dari bawah mimbar
mencarimu sepenuh sungguh,
“sebab bicara kelewat pintar,
bukan keisengan sekadar”
sajadah menggelar dirinya sendiri,
dan suaramu, yang berlagak merdu itu
masihlah puisi-puisi penuh kebohongan
mengumbar jebak dengan surga
dan aneka wewangian
jumat datang lebih cepat
kau berlagak da’i berjubah keramat
membawa kitab amalan syariat
“inilah surga, bagi mereka
yang menjalin asmara dengan cahaya,
beriring kupasan buah-buah dosa”
di atas mimbar penghakiman,
yang keramat berebut tempat
berebut suara dari fardhu syariat
seorang lainnya datang dari arah barat
membawa doa-doa mutasyabihat
dan sontak ia pun berseru,
“wahai, penyair-penyair tersesat,
hapuslah segala siasat,
sebab jiwamu telanjur mengumpat
pada yang hakikat!”
ruangkopi, agustus 2023
–
KETIKA AKU-LIRIK BERBICARA
kata-kata, mengapa hanya berkarib lisensi puitika?
penyair acap main tangan dan selingkuh dari tangisan.
ada koran-koran dan kebudayaan yang dikuburkan,
ditimbun cengengesan iklan. ke mana lagi bakal memahat kembara,
kata-kata? segala ruang tak berterima, segenap ruang berjejal hiperbola.
bulan ke bulan, puisi tak lagi jernih berbicara,
tak lagi khusyuk menulis muasal cinta: sepasang penyair terlempar dari surga!
ruangkopi, juni-juli 2023
–
KEPADA KITAB
kitabmu terbuka, lembar-lembar pahala
dan mayat pendosa yang terbakar.
perusuh pertama lahir dari lambung agama,
membawa narasi setengah berseru
“surga telah koyak, kekasih. malam mengabu
dan para pendoa tak lagi merdu berlagu!”
barangkali masih tersisa rahmat,
secuil maklumat
bagaimana menyudahi kiamat
kitabmu terbuka, lembar-lembar pahala
dan seorang nabi yang menyatu dalam puisi
tak membiarkan perusuh kedua lahir dari lambung agama
nubuat yang memantik nyala api
ah, api, katamu, apa lagi yang dikobarkannya kali ini?
slogan-slogan palsu, atau surga bagi para pembenci?
ruangkopi, 2 muharram 1445 h
–
MEMO SEORANG PENYENDIRI
kepada mautku, datanglah berpeluk bunga
ada kitab suci yang menggigil dengan doa-doa.
jiwa kemarau, ke mana menghunus segala risau?
kiblat berpulangnya sedu-sedan telanjur diamuk badai zaman,
segenap ceramah hanya omong-kosong penuh busa,
tak lagi menikam sekhusyuk nurani,
pun keimanan yang mengabu digosongkan dogma.
siapa penyembuh kepahitan kini,
ayat-ayat menjual diri,
para da’i ramai menjadi saksi,
bahwa jauh dari kedalaman jiwa mereka,
Tuhan kembali mengada, membuhul rayuan surga
ruangkopi, mei 2023
*****
Editor: Moch Aldy MA