Seseorang yang Pandir ke banar-banar.

Kepada Bucin dan Puisi Lainnya

Faudzil Adhiem Faudzil Adhiem

1 min read

Kepada Bucin

duduklah menunggu di pintu.
di jendela, itu pun kalau mau
tapi tunggulah!
berilah angin ruang di lawang
agar masuk dan
mengibas-ngibas rambutmu.

dan rapallah doa-doa!
agar hujan turun, agar banjir kubra
agar aku segera tiba bawa perahu kita
agar bisa melayar-menyelamatkan cinta.

kun fayakun!
aku mengetuk pintu-waktumu:
“sayangku, naiklah ke perahuku!
o suer! tiada cinta selain engkau, perempuanku, bucinku!”

(2022)

Kepada Bucin II

yang tiba di kelopak matamu:
itulah kupu-kupuku
yang menyulap air matamu jadi puisiku
yang mengirim pesan rahasia kepada telinganmu dengan suara-suara baru

begini
aku akan menuntun setiap kata
yang keluar dari mulutmu
agar tiba selamat di kedalaman hatiku

telah kusediakan waktu di dada.
dan kucing-kucing, dan milkita, dan lagu-lagu 80-an, dan cadbury
dan mixue, dan cimory, dan film, dan bunga tulip, dan musik senam,
dan cita-citamu, dan bantal, dan kasih, dan silakan masuk!

begini
saat aku mencintaimu, aku telah
menghapus kata lupa, pisah, cerai, dan fana dalam kamus kepalaku!
bahasa-bahasa cinta tiba dan berjibun menyebut-nyebut namamu!

apabila engkau membawa pergi jauh
tawamu bersama yang lain
detik itu juga aku akan berkemah
ke gunung bersama seekor anjing
yang cukup anjing, yang kunamai tablo.

di kedalaman hutan
di bawah pohon rimbun dedaunan
kubisikkan pada tabloku:
“blo, bangunkan aku tigaratuslimapuluh tahun yang akan datang!”

(2022)

Di Santolo

1/
aku hitung pasir
saat terkenang diriMu
di seluruh tepi pantai.

2/
benar-benar malu aku!
saban memuisi:
selamatkan laut! selamatkan bumi!
tapi muisi di bawah terang bahan
bakar fosil.

Tuhan, jangan kutuk aku
jadi bohlam marah lingkungan.

(2021)

Begitu Sulit

di sini, di bawah sorot alva edison!
kata-kata menyelamatkanku
dari sengkarut gema sia-sia
tengkorak harapan kembali hidup
sekalipun kadang menyerupa
menyambung-putus kepala

di kamar yang kutiduri 17 tahun
kacau lagi aku dihantui sedu-sedih
dan luka dan gelisah membiak-banyak

di sini, selain kata-kata
aku menunggumu menuntunku pulang
dari pertanyaan-pertanyaan nirjawaban:
“selain ke ruang batinmu, ke mana lagi
aku ngungsi dari kekacauan-kekacauan?”

(2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Faudzil Adhiem Faudzil Adhiem
Faudzil Adhiem Faudzil Adhiem Seseorang yang Pandir ke banar-banar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email