Kehidupan Intelektual dan Puisi Lainnya

Ngurah Arya Taruna Darma

1 min read

Kehidupan Intelektual

pagi-pagi intelektual
siang-siang intelektual
sore-sore intelektual
malam-malam intelektual

bahasanya aneh-aneh, tapi keren-keren!
keterbelahan, hegemonik, panoptikon,
dekolonial, dehumanisasi, dekonstruksi,
materialisme, realisme, idealisme…

“kapitalisme ini harus diruntuhkan…”
“iya, Karl Marx itu…”
“tapi mungkin itu ya aku pikir limitasi dari Marx, Adorno di sini menegasi…”
“iya iya, dalam chain of signifier Lacanian, Lacan berupaya…”

suatu hari teman fafifu-nya bunuh diri
“ini problem struktural!”

setelah layat dia bobok, esok bangun makan dan mandi, baca buku, tak lupa diskusi intelektual

tamat.

Self-

self-love, self-care,
self-actualization, self-efficacy,
self-reward, self-esteem.

jajan ini, jajan itu
beli skincare, aku cinta tubuhku!

“kita harus mencintai diri kita sendiri,
bodo amat kata orang, karena yang paling tahu diri kita ya diri kita sendiri.”

AKU       AKU                     AKU       AKU

AKU                                  AKU                                    AKU

AKU                                                 AKU

AKU                     AKU

AKU

beli sate, dress, jas, sepatu, jam tangan, hape baru, cilok, cireng, mobil-mobilan, games.
masak, baca buku, mancing, naik gunung, ke pantai, dengerin musik, makan babi.
masturbasi!

dalam kegelapan, silet-silet tangan,
sendirian.

Kehidupan Intelektual 2

di tengah diskursus
melebur dalam kata dan wacana
membicarakan pembebasan
membicarakan etika
adapun yang membicarakan etika

ontologi, epistemologi, aksiologi,
praksis praksis praksis

mereka saling menatap
mereka saling berbicara
mulutnya buka tutup, buka tutup
adapun yang buka buka, buka buka

kepalanya keluar asap

oh!
tatapan mereka,
aku takut

aku jahit bibirku dengan benang hitam
mereka lanjut berbicara.

Aku Takut

aku takut

surga begitu gelap
surga kalap
namun aku tak heran

sesuai bayanganku

: aku takut

mata matanya menekan dada, kaki, perut, kepalaku
oh iya, satu lagi: bibir

mataku berat
mataku berat

SUDAH KUBILANG MATAKU BERAT!

aku takut
aku mohon, aku benar-benar
takut.

Puisi untuk Y

ini hanya sebuah teks biasa
yang mungkin,
terlantar di trotoar.

Y,
puisi ini hadir di dunia diiringi dengan lagu karya Tohpati yang berjudul:
jatuh cinta.

Y,
yang bermakna keselamatan.

siapa yang sudah kamu selamatkan?
penjual koran? pengemis? pedagang?
senyuman dosen-dosen? kawan kampus? kawan lama?
keluarga? et cetera.

pagi, siang, sore, malam
kadang-kadang,
siang, sore, malam, pagi
waktu selalu mengalir.

orang lain memang merepotkan
minta ini dan itu
nggak tahu waktu!
“orang lain adalah neraka.”
kata Jean Paul Sartre.

tolak saja semua!
tolak! tolak! tolak!
“jilat saja darah kalian sendiri orang-orang bangsat!”

tatapan orang lain mengusik dirimu kah Y?
tatapan yang mengemis jawabanmu
tatapan yang mencubit-cubit kulitmu
tatapan yang melangitkan hatimu
tatapan yang menandakan: aku mencintaimu.

Y,
yang bermakna keselamatan.

sudahkah kamu selamatkan dirimu?
tidakkah sakit tubuhmu?
setiap hari mandi lintah,
setiap hari makan darah,
setiap hari dipaksa tabah,
setiap hari disetubuhi kecemasan?

matamu menatap ke luar:
gunung-gunung indah,
kupu-kupu, pantai, pelangi,
kunang-kunang yang pantatnya menghijau
menerangi sawah-sawah.

matamu memandang ke dalam:
cinta? kasih? sayang?
luka? kebingungan? ketakutan?
trauma?

bergetar bibirmu,
“aku takut dengan diriku sendiri.”

aku tak pernah mengenalmu,
aku tak pernah mampu memahamimu,

Y, siapa kamu?
apakah kamu
mengetahui dirimu?

Y,
selamatkan dirimu,
semoga cinta hadir dalam dan untuk dirimu,
aku mencintaimu.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Ngurah Arya Taruna Darma

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email