Space Invaders adalah novel tipis yang mampu menebalkan ingatanmu akan masa kelam di bawah naungan rezim militer.
Rezim militer Pinochet meninggalkan memori buruk bagi rakyat Chili. Dengan bengisnya, Pinochet memerintahkan pasukannya untuk segera menangkap, menyiksa, dan membunuh orang-orang yang menentang keras rezim jahanam itu. Pinochet hanya ingin bertahan di tampuk kekuasaannya dengan nyaman dan tenteram. Para pengganggu rezim lebih baik dikubur dan dilupakan untuk selama-lamanya.
Baca juga:
Nona Fernandez, penulis asal Chili, pun memiliki memori tentang Pinochet. Di kemudian hari, memori itulah yang menjadi bahan dasar Nona dalam menulis novel tipis berjudul Space Invaders. Judul novel ini mengadopsi nama video gim legendaris asal Jepang berjudul sama. Apakah ada hubungan antara rezim militer Pinochet dengan Space Invaders?
Berawal dari Mimpi
Novel ini digerakkan oleh mimpi masing-masing tokoh tentang seorang teman masa kecil mereka. Di atas kasur yang dibaluti seprai kotor, mereka memimpikan Estrella Gonzales Jepsen dalam tampilannya yang beragam. Bahkan, ada tokoh yang tidak bisa mengingat bagaimana wujud Estrella dalam mimpinya setelah ia bangun dari tidurnya. Ia hanya memimpikan momen pertama kali dirinya bertemu dengan Estrella.
Untuk mencapai ke akhir cerita, pembaca harus telaten menyusuri mimpi-mimpi para tokoh yang tentu saja selalu berkaitan dengan Estrella. Misalnya saja, mimpi Maldodano yang didominasi oleh surat-surat Estrella untuk dirinya. Surat-surat ini mengungkap hubungan erat antara Estrella dengan Maldodano, kondisi ayah Estrella yang tengah dirawat di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan, kematian adik Estrella, hingga keinginan Estrella untuk beranak pinak sebanyak mungkin.
Ternyata, ayah Estrella kehilangan tangan kirinya setelah mencoba menyelamatkan temannya dari ledakan bom. Saat hendak melempar bom, ayah Estrella tidak sengaja melepas pemicu bom. Bom dengan cepat meledak.
Jika Riquelme tidak memimpikan tentang cadangan tangan palsu milik ayah Estrella, pembaca tidak akan mendapatkan penjelasan lebih lanjut terkait kecelakaan yang menimpa ayah Estrella. Mimpi itu hadir karena di antara teman-temannya hanya Riquelme yang pernah mengunjungi rumah Estrella—juga bermain Space Invaders bersama Estrella.
Mimpi-mimpi ini yang akhirnya membawa pembaca untuk mencurigai keluarga Estrella. Mengapa kumpulan anak-anak itu selalu memimpikan segala hal tentang Estrella? Mengapa mereka menyimpan memori tentang keluarga Estrella dan terus mengingatnya hingga mereka beranjak dewasa?
Nona Fernandez mencatat mimpi-mimpi mereka dengan singkat pada setiap subbabnya. Betul saja demikian. Setelah seseorang terjaga, segala mimpi tiba-tiba runtuh. Namun, mimpi-mimpi itu akan kembali terbentuk dan menyerang tidur anak-anak tanpa ampun, tanpa belas kasihan.
“Entah ini mimpi atau memori. Sepertinya ini memori yang menyelinap ke mimpi-mimpi kami, sebuah peristiwa yang kabur dari ingatan seseorang, lalu menyelinap ke bawah seprei-seprei kotor kami semua.” (Hal. 33)
Para Space Invaders
Novel ini meminjam sudut pandang anak-anak dalam menyoroti rezim militer Pinochet. Akan tetapi, anak-anak yang menjadi tokoh dalam novel ini tidak memberikan penilaian secara gamblang terhadap rezim Pinochet. Nona membantu mereka untuk perlahan membeberkan mimpi-mimpi buruk mereka kepada pembaca.
Sejumlah mimpi buruk yang menimpa anak-anak itu adalah gambaran nyata peti-peti mati, karangan bunga, dan pemakaman. Mereka sebenarnya ingin segera keluar dari mimpi buruk itu, tapi begitu sulit untuk kabur dari semua itu.
Bak labirin tak berujung, mereka secara cepat digilas oleh mimpi buruk lainnya, yaitu memimpikan kata “tergorok”. Maldonano memimpikan kata “tergorok” tertera di berbagai surat kabar di Chili. Lalu, Fuenzalida memimpikan dirinya tengah mendengar penyiar radio mewartakan soal penemuan mengerikan dan kata “tergorok” disebut oleh si penyiar. Zuniga melihat pemakaman keluarga yang “tergorok-gorok” dalam mimpinya.
Semenjak berhasil menggulingkan Salvador Allende pada 11 September 1973, Pinochet membunyikan alarm kematian bagi siapa saja yang masih bersimpati terhadap Allende. Proyek berdarah itu telah memakan 3.000 jiwa rakyat Chili. Walaupun rezim Pinochet telah ambruk sejak 1990, raungan alarm itu masih menggema di benak rakyat Cili hingga menyelusup ke mimpi-mimpi mereka, anak-anak tak terkecuali.
Pinochet seperti sedang memainkan Space Invaders di tanah Chili. Ia ibarat sebuah mortar yang memuntahkan laser hijau neon untuk menghancurkan para perongrong kekuasaannya. Namun, persoalannya di sini adalah: Space Invaders akan berakhir jika mortar itu hancur oleh tembakan alien-alien.
Memang betul Pinochet berhasil melenyapkan 3.000 orang pro demokrasi. Namun, sepertinya ia pikun. Orang-orang pro demokrasi akan terus muncul sepanjang rezim militer masih berkuasa. Mereka berlipat ganda. Mereka memutuskan untuk menyerbu mortar itu hingga lenyap.
Saya bisa maklum mengapa Nona Fernandez memanfaatkan Space Invaders untuk mengokohkan pondasi cerita pada novelnya. Ia mencoba mencari ikon yang bisa melibatkan anak-anak, entah itu video gim, sekolah yang riuh, pantai yang sejuk, halaman belakang rumah, dan lain sebagainya.
Nona membagi novel ini dalam empat bagian, Nyawa Pertama, Nyawa Kedua, Nyawa Ketiga. Tiga nama tersebut persis dengan unsur dalam gim itu sendiri, menunjukkan tiga nyawa untuk si mortar. Kemudian, Nona mengakhirinya dengan bab Gim Tamat. Game over.
Juga Menyerbu Indonesia
Dengan hadirnya novel ini dalam bahasa Indonesia, saya kira ia bisa menjadi lonceng pengingat bagi rakyat Indonesia. Saat ini, Indonesia semakin kencang mengubur dirinya dalam lubang otoritarianisme. Ia melupakan sejarah tentang dirinya; sejarah kelam yang menakutkan. Sudah siapkah kita kembali sesak napas?
Suatu rezim militer sejak awal berdirinya bertekad untuk mengatur segala aspek kehidupan rakyatnya. Mereka membatasi pers, membungkam kebebasan berpendapat, hingga mengintervensi mimpi-mimpi para rakyatnya. Mereka dengan sengaja menggelar “perang” hebat selama bertahun-tahun melawan rakyat sendiri untuk mempertahankan kekuasaan.
Indonesia juga pernah terjebak dalam Space Invaders. Selama 32 tahun, para pejuang demokrasi jatuh bangun ketika menjalankan misi menghancurkan mortar bengis bernama Soeharto. Suatu perjalanan panjang untuk mampu memekik, “Game over, rezim Soeharto!”
Ada satu kutipan menarik dalam Space Invaders yang menurut saya mampu menggambarkan kondisi demokrasi di Indonesia saat ini. Bunyinya begini, “Kapal kertas kami mulai kemasukan air. Kami jatuh ke seprei putih itu, lalu tenggelam. Di situlah kami terhanyut. Kami tidak tahu caranya untuk bangun.” (Hal. 65)
Baca juga:
Indonesia dan Chili memiliki kemiripan sejarah. Dahulu, Pinochet memetik inspirasi dari Indonesia ketika melakukan kudeta terhadap Allende. Seperti kata Ronny Agustinus, pendiri penerbit Marjin Kiri, Indonesia tidak sebaliknya belajar dari pengalaman Chili ketika mengadili rezim Pinochet.
Akankah Indonesia kembali berkubang dalam rentetan mimpi buruk sama seperti yang dialami oleh Riquelme, Maldonano, Fuenzalida, dan anak-anak lainnya dalam Space Invaders?
Editor: Emma Amelia