dalam kembara tak berujung untuk film & buku dari seluruh dunia

Jakarta Sebelum Pagi dan Puisi Lainnya

hasna zahratil

1 min read

jakarta sebelum pagi 

orang-orang bertaruh dengan matahari untuk siapa yang tiba lebih pagi. di dalam bus-bus, mikrolet, kereta, dan motor-motor tua, mulut mereka menguap, mata mereka mengerjap-ngerjap, tubuh gontai yang belum selesai beristirahat berlomba saling mendahului matahari. bedak-bedak perempuan tersapu keramaian, debu dan dahaga, wangi-wangi bercampur keringat, doa meriap bersama asap—semua bergumul dalam mendung yang sebentar lagi memuntahkan tangisan. manusia menjual separuh hidupnya pada pasar bebas; agar uang-uang berputar lebih cepat, agar roda bergulir lebih keras, agar makmur sentosa bayang-bayang mereka tentang masa depan.

piatu

siapa yang melahirkan kota-kota raksasa
apa rasa air susunya
bagaimana suara timangnya
rupa wajah, derai rambut,
jatuh satu-satu ke wajah jakarta
yang sarat debu
kapan kota menjadi dewasa
besar, digdaya, mandiri, 
tidak perlu ibu lagi?

surat dari perantauan

bu, kota ini tadi sore menelan matahari
bahkan matahari juga bisa payah
ia jatuh terjengkang di antara gedung perkantoran
bu, aku takut 
bagaimana kalau lambat laun aku ikut terbenam?
tidak terbit lagi
hilang digilas jalanan?
bu, aku sudah lumat
dalam air putih dan kapsul obat

akuarium berjalan

tap in, tiga ribu lima ratus untuk menangis
blubuk!
sepulang magang, full time, mitra, kontrak, atau alih daya
lima ratus ribu sampai sejuta
bayar untuk cerita kepada ibunda
blubuk!
yang tak menyusui aku
yang kutemui di bilangan pasar minggu

layanan akuarium ikan-ikan kesepian
koi, cupang, bandeng, kadang tuna, dan barakuda
blubuk!
ya, ya, ya kamu dipecat, dia putus cinta, orang tua mereka pisah di pernikahan ketigapuluhlima
ya, ya, ya, pelet habis, diganti cacing, plankton, atau artemia
blubuk!
seratus kali lebih murah
tumpah ruah selama satu jam di tol remang jatikarya

ya, ya, sudah lega?
lepas saja dari kail dan jala,
tap out. saldo anda tersisa dua ribu rupiah.

sunset 13B

lembayung, katanya? atau tembaga
aku merekam kita di kapsul layang menuju pancoran
merekah pecah jadi merah
mengambil paylater dari neraka
atau celanaku di tengah bulan

percakapan kita habis dimamah jalan
dari apa kesepian diciptakan?
“hormon,”
“moron!”
aku menangis dan kamu diam saja

kencan kita gagal karena 13B menyurati kita untuk berhenti
di tengah jalan layang, di bawah matahari terbenam

pembunuhan yang tidak terekam
oleh sejarah

angin mengunyah usia
mengerat lincah mencacah daging dan belulang
tipis seperti kafan
tak cukup panjang membungkus hati yang membusuk
dihujam luka atau serapah
habis sudah!
tak akan sampai kita ke muara cahaya
habis sudah!
terbujur telentang tergugur terkenang

matinya tidak diantar keranda
terburai di antara kertas basah
sapu bersih; memenjara remah di kolong meja
lap jejak darah; guyur sisa nanah
pembunuhan harus disembunyikan
dari portal kerja
(kita masih butuh skck)

*****

Editor: Moch Aldy MA

hasna zahratil
hasna zahratil dalam kembara tak berujung untuk film & buku dari seluruh dunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email