di bandara ini
di bandara ini
tiada satu orang pun terbang
makanya kau harus tetap pelan
pelan melayangkan doamu
Tuhan punya banyak cara wujudkan
segala mau
cuma kau perlu banyak banyak ingat
yang punya mau tak hanya kamu
maka di bandara ini
mulailah berhitung sejak bayar
tiket masuk, orang-orang yang kau jumpai
dan tak kau kenali, barangkali
menghitung hal yang sama;
untung rugi kehidupan
di bandara ini,
pilot hanya ada pada pukul tujuh pagi
dan sulit kau temukan lagi
ke mana mereka terus-terusan terbang?
tidak adakah yang menunggunya di rumah?
di bandara ini,
apa-apa mahal,
maka teruslah berhitung
sebanyak yang kau bisa
(2022)
–
ingin berada di dekatmu
Ingin berada di dekatmu
Pagi ini, matahari makin kurang ajar
Mau digempur-gempur hujan
Hingga layu
Ingin berada di dekatmu
Sambil merokok
& Minum bir,
Tebu
Usai tangis itu
Ingin berada di dekatmu
Saat kau di rumah bapakmu
& Lagu yang sedang terputar berulang
Lagu cinta melulu*
Ingin berada di dekatmu
Membawa tangis ini rindu ini
Kata cinta ini
& Membelai rambut, pundak, tangan
& Lehermu yang beraneka warna
& Membacakan kembali
Sebiji dua puisi tentangmu
Tentang kasih sayang, harapan,
Wangi-wangi pagi, sawah sungai
Gunung laut angin
Kaki pintu bertuliskan assalamualaikum,
Anak-anak susah bangun, kemiskinan,
Gaji guru honorer, bintang kecil di langit,
Kencing burung,
& Semua yang hilang
& Sesuatu yang tak pernah berhenti
Di hati
Ingin berada di dekatmu
Sangat ingin
(2022)
–
gojek ke rumahmu
gojek ke rumahmu
pecah ban
padahal sejak pakai sepatu
di kaki pintu
aku sudah menafikan azan
beginikah cara Tuhan
melakukan prank
tidak ada angkot lagi di kota ini
ke mana lagi akan kutemui
transportasi agar sampai ke
kehidupanmu
sudah pukul tiga,
tiga puluh menit sebelum rencana jumpa
oh, bukannya ada siaran baru di Netflix
tentang cinta yang sangat hebat itu, dinda
sudikah kamu
menunggu hingga 8 dekade lagi
agar tiada lagi samar
segala tanya sudah terjawab
segala yang pergi sudah kembali
segala yang tak ada, kini penuh
dan selalu, kita dibangunkan
oleh tangisan anak-anak
sudikah dirimu menunggu agak
8 dekade lagi, dinda
aku masih sibuk membasuh
peluh dan luka
di belakang abang gojek
pecah ban ini
(2022)
–
batang anai jam 2 siang
batang anai jam 2 siang terdiri dari
postingan-postingan yang tiada penting,
kipas angin yang seru,
kopi semalam yang nyaris lucu—dua tiga
semut menari—dan asbak rokok yang penuh
aku baru bangun
dan dunia ini masih gawat saja
kuputar sebiji dua biji lagu di Spotify
lagu yang nyaris sama
seperti lagu yang mengantar kepergianmu
tugas hari ini telah selesai
puisi kutulis agak sebiji dua
satu kukirim ke koran ibukota
satu lagi kutahan di catatan
waktu, agar nanti bisa kusalin
di nisan kekasih jelekmu itu
(2022)
–
tokoh aku dalam sajak ini
tokoh aku dalam sajak ini
adalah kamu,
berlari dari waktu
bersembunyi
di dekat mati,
di suatu waktu saat kamu
benar-benar sendiri
kau bertanya kepadaku,
“kau mengutus kesepian?”
air mata jatuh satu-satu
di pipimu
lucu seperti bom waktu
dan menghilang
makanya kutulis sajak ini
agar orang-orang menemukanmu
dan tak menganggapmu
sia-sia
tokoh aku dalam sajak ini
adalah kamu
ada dalam tiada
dan menghentikan waktu
(2022)
–
kesedihan muncul pukul setengah tiga pagi
/1/
kesedihan muncul pukul setengah tiga
pagi, lewat postingan Instagram toko buku
favoritmu, yang menawarkan penulis
kesayangan dengan harga yang nyaris
gratis, tapi kau sama sekali tiada
beruang.
sore tadi masih kau ingat, kau tak
sengaja bilang sebuah buku bagus hanya
karena sampulnya, dan minta maaf pada
menit kemudian, tak lupa kau lampirkan
slip gaji serta emotikon lucu
buku-buku di kamarmu
sudah jadi rumah bagi kutu & debu-debu
yang kau beli apakah benar yang kau mau?
kau membayar keinginanmu?
/2/
waktu berlalu dari pukul setengah tiga
pagi, kau pukul kepalamu dengan buku
hard cover murah, yang mengajarimu merawat
tangis
di dalam sedih yang agak lucu
kelihatan, kau memang seperti orang kebanyakan
(2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA