Hidup Impor!
Di zamrud khatulistiwa
Tubuh manusia diukur
dengan literan beras
Sementara khazanah pangan
kita masih luas
Sesungguhnya beras,
hanyalah sebentuk akselerasi kelas
Yang dieja peluang
pemangku kebijakan
Sang proklamator
pernah berbisik lewat Mustikarasa
Tololnya, dari seribu generasi,
yang baca hanya tiga
Sekisah historis kelam
mendadak bara
2015-2020 bukanlah tahun
kecintaan para dewa
400 ribu lahan pertanian
tersedot lubang hitam
2 juta ton beras menjelma
pupus harapan
Riuh konsesi mencaplok
areal persawahan
Tanah gambut dan padi
dipaksa kawin silang, berakhir
jadi lembah buangan
Lalu impor menjadi advertorial
Sebuah manifesto sepihak
dari mulut penguasa jahanam
2018, aroma impor digaungkan
2 juta ton beras impor disambut
tari selamat datang alih-alih
pusparagam pangan
Selamat petang
Singkong rebus, bubur sagu,
dan talas bersantan
Membisu lah dalam antrean,
sungguh daftar tunggu ini
masih panjang
(Depok, 2022)
–
Marhaen dan Alienasi
Satu-satunya manusia
Yang tak akan teralienasi
dari sebuah jati diri
Adalah Marhaen
Ia mendayungkan cangkulnya
ke langit
Menggali asa di padang hijau
Menghidupi desa
hingga perkotaan
Marhaen,
Yang bukan lagi impian
generasi Y-Z
Adalah adibibit dalam pena
Soekarno
(Depok, 2002)
–
Sepucuk Surat untuk “Mohr”
Dunia tak kian menghijau
Setelah kuantar kau pulang
ke alam malakut
Kapitalisme masihlah
pandom almanak
Kesejahteraan sosial
bak alkaline, zero daya
Pabrik-pabrik, mesin penggiling, gudang-gudang
Operasi kelamin jadi
perusahaan multinasional
Borjuis tetaplah pewaris tunggal
Proletariat tumbuh bercabang
Jadi akar rumput, kacung swasta,
dan budak korporat
Kau tahu, fragmen yang
paling mengerikan
Miliaran punggung berbangga
diri menjadi proletar
Sintas dalam mode bertahan
Berkubang dalam kemelekatan
Melahap gengsi dan
lemak-lemak hutang
(Depok, 2022)
–
Sartre dan Mimpi Beku
Setiap mengingat lantangmu:
“It isn’t freedom from.
It’s freedom to.”
Aku siap meledak
dalam lompatan
Tapi duplikat Smith
yang saban hari
paksaku berbaring
di ketiak kirinya
Diam-diam memasukkan
99,9% perasan keringatnya
ke dalam sakuku tanpa diminta
Seketika sirene EWS
meraung nyaring
Diikuti Boa pembelit
mengendusku rapat
Kala kulantukan syair
aliansi badut korporat
(Depok, 2022)
–
Harap Gersang
Di dalam jantung kapitalisme
Setiap tubuh adalah
fetisisme komoditas
Pekerja dan mata dagangan
yang tak selaras
Perlahan teralienasi
dari cetak biru organik
Pindailah hari,
Ramai manusia kehilangan
kemanusiaannya
Terjebak labirin abreaksi
Lalu…
Produksi kepemilikan komunal,
keadilan distribusi, tenggelamnya
per-kasta-an
Seakan doa dalam
harapan gersang
Diam-diam riuh pemuja
konformitas rela melahap
martabatnya agar bisa kenyang
(Depok, 2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA