Tiga Utusan bagi Zulu
Snvi,
ia membawa buah kebenaran atau buah kebaniran?
ia sari atau saru? ia pilihan atau pilinan? Zulu yang kesepian
berterimakasih sebelum tak terima kehilangan kekasih.
Snsvi,
diam di dalam kendi, deman karena dendam, tali amarahnya berpusar-pusar,
lalu entah ia berniat memusnahkan dirinya sendiri. tapi Zulu,
yang paham hulu juga hilir, memohon dari kening ke ujung sepatu,
untuk bertahan sebelum dimulai zaman batu.
Smnglof,
ia berkepala tiga mirip Hydra, matanya buta, jantungnya perasa.
betapa ia berpihak pada Lilith yang celaka, terkutuk sejak sejarah
buah simalakama. Zulu hanya bisa menyembur doa di licin hidupnya.
maka apa yang tercipta biarlah fana; sebab sembab dengki, dan hujan hati,
tak lebih mobius rapuh dahan-dahan tubuh, sama sekali bukan pohon ruh.
(Kubang Raya, 14 April 2022)
–
Countess Guiccioli
seorang lelaki jadikan tubuhnya perahu bacin sekeras batu,
di atasnya tubuhmu menciprat sungai mengalir tak henti.
mulut lumut, pantai bibir jadi laut ludah tak kenal surut;
di antara lutut. bulan pecah belah—gerhana suami.
(Kubang Raya, 8 Mei 2022)
–
Fantasmagoria
ia terjatuh ke dalam air wudu yang dalam,
tenggelam saat kumur-kumur penuh kuman,
lalu ia terperangkap di antara basah dan kering tayammum,
pusing kepalanya memutar keran, seribu keran jadi paranoia.
ia tak ingat ‘gaimana ia kembali ke bumi fana, membuka mata yang masih membola, kehilangan kebersihan seluruh badan, berbau kotoran kerbau, dan suaranya sengau.
ia lihat catatan ibu keajaiban, sebab ibu tak pernah menulis sehuruf pun,
pada kenangan mana pun, tak ada bangku sekolah, tak ada meja belajar,
tak ada lantai ujian, ibu buta setanpa-tanpa hurufnya.
entah, ia percaya itu catatan ibu,
secacat apa pun pikiran logis mencegat.
di pintu toilet masjid,
ia lihat arwah ayah mimisan,
ia yang sensitif tak tergerak sedikit pun, juga kala seorang bayi
jatuh dari keran, wajahnya jadi cahaya orang-orang sholat
juga sholawat.
betapa ia ingin pulang,
ke dingin tulang, ke angan tualang,
sekali lagi pergi dan tersesat.
(Kubang Raya, 13 April 2022)
–
Bah!
air dalam baskom
bayi dalam ayunan
kaki ibu keram
ayah menyelam
di sungai jantan
demi tilan betina
belang tiga
adikku jaga
ibuku jago
ayahku ayam
sabung dengan bini orang.
timbul tenggelam
yang bernama oh!
(Kubang Raya, 16 Februari 2022)
–
Iyuk-Iyuk
kami anak-anak yang gampang melupakan kata ‘iya’.
kata ibu, puasa esok ya anak muda,
kuat dan sehat dalam botol agama.
iya bu, kata kami tanpa ragu. lalu tanpa malu
ke dapur tanpa celana dan baju, membuka sangai
dan makan dengan segala perangai.
ibu tak marah, sebab kami sikembar di bawah lima.
ibu sudu nasi ke piring kami, sambil mengulang-ulang
bismillah yang sering tak lekat di lidah.
begitu ibu melulu membela kami, ketika ibu-ibu tetangga bilang
kami anak lemah dan tak perkasa belaka. hanya tak kuat berpuasa,
sebab bila sahur, kami tak kuat menamatkan tidur.
bila lebaran tiba, kami bermain kembang api sambil berlari-lari.
anak-anak tetangga meledakkan mercon, meledek kami keong racun,
kami pun melempari mereka dengan batu-batu sembarang.
kata ibu, puasa untuk puas menguras binatang dalam raga.
kata kami, berbuka semena-mena adalah ciri-ciri anak semesta.
kami dengar, kuburan ayah akan dibongkar,
sebab kami tak kuat membangun lapar. kami dengar?
ya, ibu kadang-kadang juga mengancam akan merendam
kami di neraka.
(Kubang Raya, 4 April 2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA