Dua cerpenis Omong-Omong, Ridwan Malik dan Robbyan Abel Ramdhon, berhasil mencatatkan nama mereka sebagai bagian dari 10 Emerging Writers Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2025. Karya mereka terpilih dari total 647 cerpen yang diterima panitia penyelenggara.
Ridwan Malik: Dari Garut ke Panggung Dunia
Perjalanan Ridwan bermula ketika cerpen pertamanya yang berjudul “Ujang Rohidin” diterbitkan Omong-Omong pada Desember 2021. Momen itu menyuntikkan kepercayaan diri yang kala itu sangat ia butuhkan.
“Omong-Omong menyediakan ruang terbuka untuk karya perdana saya,” ujar Ridwan.
Cerpen keduanya berjudul “Cerita Malam Seribu Bulan“, terbit pada awal 2022. Momen itu menjadi titik balik yang meyakinkannya untuk serius menekuni dunia kepenulisan. Baginya, momen itu semacam pintu masuk untuk mulai memblikasikan tulisannya ke ranah publik.
Prosa panjang pertamanya yang berjudul Ajengan Anjing masuk daftar panjang Kusala Sastra Khatulistiwa, dan menjadi pemenang penghargaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen 2025. Novel itu kemudian diterbitkan secara mandiri bersama rekan-rekannya di Garut melalui Penerbit Malirei.
Tahun ini, lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Kali ini kian memberanikan diri mengikuti seleksi penulis Emerging UWRF. Cerpennya “Tiga Nyawa untuk Satu Kaki” berhasil membawanya terpilih. Cerpen ini menyoroti kritik sosial tentang implementasi welas asih sebagai umat beragama, dengan seekor anjing sebagai tokoh utama yang lihai dihadirkan. Ridwan mengaku masih berniat mengeksplorasi lebih banyak cerita tentang anjing dan berkomitmen menggerakkan literasi di daerah asalnya, Garut, Jawa Barat.
Robbyan Abel Ramdhon: Menulis di Tengah Sunyi Malam
Langkah serupa dilalui Robbyan. Cerpennya “Tuan Pencari Tuhan” terbit perdana di Omong-Omong sekitar Oktober 2021, diikuti “Teater” pada pertengahan 2022.
Baginya, keberadaan media yang memberi kesempatan berekspresi secara bebas adalah hal yang mutlak.
“Lewat Omong-Omong, saya bisa mengeksplorasi banyak hal tanpa rasa ragu dan batasan yang bersifat teknis maupun moral,” kata pemuda asal Lombok ini.
Setiap penulis punya ritualnya, begitu pula dengan Robbyan. Setelah istri dan anaknya tidur itulah saat ia memulai waktu menulis. Cerpen “Di Sebuh Kota“ yang ia kirim untuk seleksi UWRF, disiapkannya hanya dalam dua jam sebelum tengah malam.
Namun, karya itu bukanlah tulisan spontan. Cerita itu lahir dari riset panjang dan pengalamannya yang dekat dengan lingkungan pelaku judi online, sebuah penyakit sosial yang coba dilawannya melalui sastra. Lapisan konflik dalam cerpennya, yang juga menyentuh kondisi alam dan relasi keluarga, membuatnya kaya interpretasi.
Dari Kacamata Kurator
Tim kurator yang terdiri dari Ni Made Purnamasari, Shinta Febriany, dan Ratih Kumala melakukan proses seleksi selama beberapa pekan. Dengan kuantitas sebesar itu dan periode penjurian yang terbatas, membaca cepat menjadi teknik yang dipilih oleh kurator. Setelah terpilih 30 cerita pendek, masing-masing kurator kali ini membaca dengan lebih cermat.
Saat penjurian besar dilaksanakan, para juri berkumpul dan muncul dengan hasil pembacaannya masing-masing. Perdebatan sehat berkenaan dengan kualitas tentu tidak dapat dihindarkan. Mereka akhirnya bersepakat memilih sepuluh judul yang kemudian masuk daftar Emerging Writers UWRF tahun ini.
Sebagai kurator dan pembaca, mereka menetapkan bahwa tiga paragraf pertama sebuah cerita adalah penentu apakah naskah akan dilanjutkan atau tidak.
“Setting cerita yang kuat, karakter yang jelas, dan plot yang terajut dengan ciamik menjadi tiga patokan utama penilaian kami,” jelas Ratih Kumala pada kata pengantar buku antologi Emerging, Stories from The Island. Pinguin Random House SEA didapuk sebagai penerbitnya.
Langkah ke Depan
Prestasi Ridwan Malik dan Robbyan Abel Ramdhon bukan sekadar kemenangan personal. Ini adalah bukti nyata bahwa platform literasi digital seperti Omong-Omong dapat menjadi jembatan bagi penulis daerah untuk menjejakkan kaki di panggung sastra internasional. Sekembalinya dari UWRF, semangat mereka kian tersulut untuk segera menyelesaikan naskah-naskah berikutnya. Membuktikan bahwa dari daerah, cerita-cerita besar bermula dan siap bersuara di dunia.
Editor: Prihandini N
