DI DUNIA YANG SEMPURNA
Hanya aku serta segala yang dicinta
begini cara puisi menghibur diri.
Aku punya hati yang menggerakkan revolusi
dan aku tidak keberatan membagi resepnya.
Angkat tangan kiri,
bangun dan hancurkan semua variabel kebahagiaan.
Khianati dan kau akan menemukan
tidak ada dirimu di dalam orasi-orasi.
(2024)
–
ORANG-ORANG BODOH LAHIR DARI PERTANYAAN
Sepertinya dari kejauhan, seorang yatim berkata “matamu tidak akan indah lagi, matamu akan berada dalam kabut” dan hari itu kalender kembali sukses mencetak skor bagi dirinya pada papan daftar ketakutan terbaru umat manusia di abad ke-21. Di kepalanya ia sedang memupuk bencana yang seharusnya tidak diketahui peradaban. Dinding meratap pada mata yang dipeluk langit mendung. Baru saja terjadi kebakaran besar. Kering dan apinya adalah panas adalah ujung jari tangannya yang menggosok kening yang sedang dibakar sekujur pertanyaan—
Beritahu aku, apakah tidurmu pulas? Beritahu aku, bagaimana cara ranjang bunga memakirkan kaki-kakimu menjauhi kiblat? Beritahu aku, bagaimana cara mengubah air mata menjadi air mawar yang menenangkan penjaga ribuan malam atau dua batang filter gudang garam? Beritahu aku, bagaimana cara menukar cerita lama pada kamar dua kali dua menjadi sebidang tanah berukuran dua setengah kali satu dua lima? Beritahu aku, bagaimana cara melanjutkan penerjemahan Murakami pada Naoko yang mabuk Raskolnikov? Beritahu aku, bagaimana cara terbuka pada pertanyaan man rabbuka? Beritahu aku, bagaimana cara berhenti menjadi penyair yang muntah di sofa? Beritahu aku, bagaimana cara aku menari pada tahlil dan doa seperti kamu menyeret saraf kejepitku pada lagu Sinatra?
—dalam sepekan kamu membuang hidup, aku siapkan hiburan-hiburan yang terjadwal. Pintu keluar atau tirai dua? Bunga mawar atau bunga melati?
(2024)
–
SEBUAH BINTANG HANYALAH KONSEP
Aku lompat tali dengan lagu-lagu dari kekaisaran jamur di lampu merah Sudirman. Dia bertanya, di kehidupan yang merobekku tanpa sengaja seperti hadiah chiki, apakah aku bisa dengan tenang mengantri pada hari-hari yang tidak bisa dihapus? Tentu, tentu aku bisa membawakan jawaban yang lebih dalam dari kebahagiaan.
Sebuah kaset dari band yang sudah jadi sejarah, mikrofon yang tergantung pada utang, layar yang menunjukkan penderitaan abadi, dan satu set pengeras suara yang bisa didengar lima rumah dari kita. Sekarang kita bisa menyusun kesimpulan non-fiksi dari fragmen-fragmen yang tak pernah mati.
(2024)
–
MELESAT DARI TANGERANG SELATAN
Sekali kita sober dari pil dan daun repih per Serpong Raya
tuk mendiamkan lahir mereka yang telah terlucut dari jalannya.
Besok langit akan menelan kita
menikam matahari dari hari-hari bahagia,
maka hiduplah seolah engkau hidup selamanya
dan hiduplah selamanya untuk kita.
Ibuku berkata untuk mendoakan dan menolong yang lemah,
namun bagaimana kalau sebelum itu semua,
Tuhan menyuruhku untuk menunjukkan mereka
siapa yang bertanggung jawab untuk 1000 susah?
Tidak ada apa-apa di Tangerang Selatan, kecuali pelayat Sapardi.
Bagaimana jika semua dari kita
sekadar berpura-pura bertanya?
Membayangkan segalanya baik-baik saja.
Seharusnya tidak ada yang bisa dibagi selain rasa peduli,
jika itu juga dirampok dari kita,
mungkin sisanya masih ada
di botol-botol anggur mahasiswa di jalan Juanda.
Nyalakan api sedekat wajah.
Umurku 15 ketika api mengganti tubuh Hendriansyah,
menghukumnya yang putus sekolah.
Tidak ada kereta cepat lewat di Flyover Ciputat.
Sebab double shift lebih padat daripada jalan raya di hari kiamat.
Angkutan umumnya ambulans terlambat mengangkut umurnya,
yang dilempar seperti puntung rokok sebuah negara.
Ah, dan ketika aku bangun
aku benci The Smith karena apa yang mereka timbun.
Untuk mati bersamamu, lebih baik daripada hidup tanpa pegangan.
Dari lautan zombi dan lautan timbangan.
Di dunia yang sempurna,
kau bebas membaca segala-galanya
persis di sebelahku
atau di sebelah Tuhanmu.
Sekali kita sober dari tm dan topi bengkok,
menemukan selalu ada wercok di dalam cekcok.
Dan kota kita masih berbunyi perut keroncongan
lomba lari jutaan laporan kasus perkosaan yang tidak berjalan.
Oh, jika penyair di Ciputat
menulis puisi jadi kedai kopi, air mani, dan pantat.
Akan aku panggil Azyumardi Azra
mengisi kultum di UIN Syarif Hidayatullah
bicara satu kelas sejarah penjajahan
yang bikin hari-harinya jadi mayat berjalan.
Mayat berjalan!
Pernah dengar cerita Ikang Fawzi yang mengantri layanan kesehatan?
datang jam 9 pagi pulang jam 3 sorean.
Tangerang Selatan merias diri menemui perbaikan.
Cerdas modern religius city
untuk semua orang makan kue politik dinasti.
Begini, cukup begini.
Kita akan baik-baik saja.
Lebih dari solilokui,
kita lihat omong kosong bekerja.
(2024)
*****
Editor: Moch Aldy MA
Aku pengin nulis puisi juga,, dikirim kemana ya?