Esais partikelir. Pelapak buku di @bukuprodeo.

Desember Penghabisan dan Puisi Lainnya

Muhammad Fahruddin Al Mustofa

1 min read

Dua Adegan Sebelum Menghapus Dosa Tahun Baru

kita melesat jauh, melampaui cahaya
berkilauan, pendar-pendar waktu
berguguran membasahi dada

kota dan serangkaian pesta
kembang api tak lagi menghiburmu

akhir tahun, orang-orang tak lagi
ingin bunuh diri: dunia membeku
dalam angan dan harapan

melanjutkan
hidup
melampaui
redup

mimpi agar tetap terjaga
di pelukanmu: aku menyala
berkali-kali

(2022)

Desember Penghabisan

Desember hampir habis
segala yang terlempar tak lagi
kembali

sambil mendendangkan riuh jalan
ingatan-ingatan yang mengelupas
dari punggung cangkang kerang

air mata
tak lagi tumpah
berjatuhan ke entah
ada kata tuhan dalam jatuh
menggenang dan busuk
apa warna dan bau
air mata
semakin dalam
tak ada lagi riak
dan kekosongan
menguburkan diriku
semakin dalam

kata yang patah
dalam lekuk puisi
dibaca penyair muda
menggebu-gebu
tak tahu arti

gelembung-gelembung
kecil membawaku hanyut
menuju hilir telaga rindu
berpulang ke dekapan ibu

(2022)

Corniche

sebilangan gamang
memetakan kesedihan dalam
ruang-ruang tak terjamah

tubuhmu,
sekelibatan waktu

di puncak mercusuar
kerinduan bunuh diri
menerbangkan segala
pesakitan

“menghadaplah laut, kau akan
merdeka, dalam sekejap.”

burung-burung tak lagi
mematuk ikan, kerang-kerang
dan kesedihan

mereka memanggul
perasaan sepasang kekasih yang luruh terseret ombak, berakhir di tepian, menabrak karang, diendus jalang, kapal-kapal tak lagi menepi, penyair masih saja menuhankan sepi

(2022)

Kita Terlahir Sekali Lagi
: untuk Nai

sekujur tubuh adalah semesta
kosmos yang tertutupi debu
sengatan ingatan demi ingatan
kita berbelok arah, menuju rubanah
membaringkan kenangan di atas
perapian

“kita pernah membakar tubuh bersama dan terlahir kembali sebagai bunga-bunga,”

kita mengenang meteorit terakhir
yang menghantam bumi dengan
kemeja hijau tosca dan gaun
hitam yang kau kenakan saat kencan
pertama kita

pelukan itu, bibir yang membatu
dada yang membatu, tubuh yang membatu
gairah-gairah purba, bayi-bayi di kepala kita
gang-gang yang mengarah pada kehampaan
ciuman yang menguatkan, membakar habis semua masa lalu

kita masih saja terlahir;
menjadi bunga-bunga,
menjadi kelopak mata bayi,
menjadi ikan koi,
menjadi tawa anak-anak,
menjadi tiada dan ada

(2022)

Saudade 1

paruh subuh
tubuh menghijau
ledakan demi ledakan
perut terburai
badai masih pagi
segerombol perompak
menjarah harga diri

setelah sekian tahun
kita membuka luka
menjemurnya di pelataran
muka-muka tanpa raut
mengambang di laut
ringkik kuda tanpa kaki
menuju sabana tubuh
menembus nirwana subuh

(Pandaan, 2022)

Saudade 2

air mata membatu
seribu masyghul
terendap terendam
tak sadarkan

mencari-cari identitas
terperangkap dalam aku
lirik terombang-ambing

“dari mana datang kesedihan?”

terjun dari lantai 25
& sebiji silet
tergores
& hancur lebur
ketiadaan
& kenikmatan
kita semua
& mayat tanpa perasaan

(2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Muhammad Fahruddin Al Mustofa
Muhammad Fahruddin Al Mustofa Esais partikelir. Pelapak buku di @bukuprodeo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email