Codeswitch #1 — Prolog: Baraya Pergi
aku memegangi totebag berisi koleksi piringan hitamku dalam grabcar dari pasar minggu menuju baraya tebet. last night i phoned my friend william and said: why don’t we go to bandung? bete gak sih libur tapi di jakarta terus. dan ajaibnya dia ngiyain. okelah. berang-berang bawa berkat. berangkat.
i used to go to bandung quite often back in the day. the city’s got a special place on my heart. aku suka semua hal tentang bandung. jalanannya, tata kotanya, gunung-gunung yang melingkarinya, angin beku di tengah kota.. apalagi ya? oh, pergerakannya: aktivisme dan musik yang berselaras. semangat kolektif anak mudanya yang kuat. hmm apalagi ya? oh, batagornya! OG shit, no plastic!
tahun ini aku banyak punya teman baru di sana. ways si produser hip-hop dan farras yang ngerap dengan nama panggung kid vicious. satu lagi achby si animator, tapi dia lagi dirawat di rumah sakit. cepet sembuh ya by. mereka baik. aku disuruh nginep tempat mereka. selain mereka, juga ada muchi. sahabat pena sekaligus konsultan bahasa inggrisku. i can’t wait to meet them all in the city.
sepanjang dalam baraya, aku menatap kilometer jalan. william baca komik kambingjantan. a joyous vibration slowly entering my body selagi bengong ngeliat angka pada papan yang terus naik. i messaged my girlfriend chika and told all plans for the visit (i wish you were here, tho, chik) in a vague detail. honestly, i dont have any clue about what should i do for the next days but let’s see. a ride to the unknown always worked well for me, while some planned ride don’t.
o, kota bunga. aku pergi, namun rasanya pulang.
Codeswitch #2 — Soetta
mengutip sir afrizal, penyair tinggal
di tubuh lain. ketiga atau ke berapa
dah. kali. my first body is now a
the new year’s eve. . . um. . not a party
but i felt warmth of it. . . ummmm,
my gorgeous chika where you at?
my bright-headed translator-bestie,
muchi where you at?
william hold dulu dong, buset dah lu
ekstrim banget sih anaknyaaaa
way way buka tas gue way obrak-abrik
tolong apatuh itu namanya hmm… plat! SLATTT
wil bukain pintu dong farras tuh
ayo-ayo way coba kita buka koleksi gue
indo selain hip-hop cuma ada nadin amizah
sorry ya, tapi gue punya banyak
neh pop 70-an klasik yang kebanyakan orang
lupakan sebab sibuk mencari musik obskur
bawah tanah andergron untuk menjadi Pak
Muhammad Musik i imagined the beauty aspect
of this year while way is seeking something from the vinyl,
building an empire from
scratch: bandung melts in sounds
i hit the pedal and not crashing ‘cause this
ain’t a car, this is just bahasa keseharian
yang nyemplung ke puisi, rekoleksi memori,
way sampe mana lu tadi?
BUSEEET HEJIRANYA JONI SAMA VISIONSNYA
STEVIE JADI BEGINIIII RAS WIL MASUK DENGER
SINI ANJEENGGG every person i know in bandung
is very talented: kudos to them and this city
tubuh penyairku balik dong tulisin semua ini
Codeswitch #3 — Gedebage
arah-arah hilang dalam marka
sampai gedebage aku keterusan
o, the water, my soul
spilled all over the streets
of this town
panik keluar dari pori-pori
motor melesat menembus polisi
berbelok pada kali ketiga
(kali beneran bukan metafora)
cause the metaphor is in you
a gentle soul resting somewhere in the city
i wish you had a tight 76miles-deep sleep
that left an eternal warmth in your bedsheets
like a spray of blood
like aku yang kini mendadak berada
di kota yang sudah mati
pada hari ketiga di awal tahun
sebuah biji pala berkilau
memantulkan sinar surya di tengah pasar
ia pindah ke genggamanku
tak peduli ramai kusikat langsung
gemeretak geraham gigi tanpa air
bangkai kapal koloni masuk mulut dan cair
kata-kata keluar jadi daging mentah
siap untuk kumasak
kamu suka medium atau matang sekalian
aku penyair elemen air selalu bisa menyesuaikan
Codeswitch #4 — Gatsu
sebrangi jalan membalik arah
dengan beat tua farras
looking for intisari all across the town
looking for intisari in every wrong i owned
jalanan dalam kalimat merah
bandung lumer dalam kebas
jamur-jamur ditunggu tak pecah
pohon menggigil di gatsu
tak karuan dihajar kota ditusuk beku
halilintar terjun ke belakang tubuh
i’m not frightened anymore at all
let’s fight every cops we meet in town
abang gojek tanding catur digital
salah satu kena checkmate dan kalah
tak terima kalah, si kalah buat ulah
kudanya ia pancing keluar layar
untuk berlari kencang dalam L
menerobos trans studio mall
membubarkan riuh kota
but who the fuck cares right? not me!
let’s just roll, next month we buy it
more and more and more
rob the money straight up
from your payroll
till the room becomes disjointed
barulah kuselip pembatas di antara kertas
melempar diri ke balik kelopak
menikmati warna garis batas
kamar kabur sekedipan mata
seperti bulan sabit 2010
dari seorang penyair hitam
Codeswitch #5 — Braga / ASAF
aku ingat pernah berjalan di sini
jauh sebelum hari ini
dentum musik, bau bir, jalanan paris
rokokku habis (cari BCA wil)
o god its so crowded
plat B bagai lebah di tipografi dinding
alun-alun seramai konser bob marley
william and i were choosing what to eat:
takoyaki, dimsum, gulali hmmmm
baso, cuanki, batagor hmmmm
are there any pot dealer on the street?
(canda pak, kami bersih)
lagi asik kami jalan nyari makan
tiba-tiba ada kericuhan–there is a fight!
o, kuntilanak vs hulk!
multiverse yang cuma hadir di bandung
si hulk nyolong duit kuntilanak
buat beli mie ayam
kuntilanak gak terima lalu terbang
and she struck the hulk right in his chest
crowds were gathered and shouted around them
(wil bikin judi dadakan kali yok)
selagi hulk ngamuk hantam kunti
tapi ga kena-kena sebab dia bisa terbang
aku teriak aja ayooo ayoo pasang siapa menang
william ngumpulin duit orang-orang
pertarungan makin sengit
hulk kena hantam tendangan terbang
kunti kena hantam bogem raksasa
penonton bertaruh makin banyak
money are already stacked on william’s hand
i said go buy some food with it wil, quick
sialnya, belum kelar tarung polisi datang
orang-orang lekas bubar
beberapa nyamperin kami dan william
meminta duit mereka
but william and i already ordered
tons of food on the street while the match
is ongoing–soo, mm, the money is gone
maka kita cabut pas mereka datang nyamper
run run run run
buset rame banget yang ngejar
kita lari nembus perempatan
ehhh kerah william ketarik di perempatan kedua
(anjinggg goblog siaaa)
cepat-cepat kurogoh kantong ambil pistol
yang pelurunya saus sambal
kutembak william yang kini dirubung massa
dar dor dar dor—mandi merah bajunya
dia belaga pingsan dan mokat
abis itu kutembak dadaku sendiri
dan jatuh boong-boongan
(tapi cukup meyakinkan)
para penjudi ngerubung ngecek duit mereka
di kantong kami, tapi gak ada
mereka bersorak huuu anjiiing
and they left our (((dead bodies))) on the street
setelah braga sepi kami bangun dan bersih-bersih
we laughed all the way to way’s home
william drove the bike
and i wrote this poetry on the backseat
dengan tubuh penuh merah
dan bau sambal basi
Codeswitch #6 — Dago
sisifus cuti kerja
koral raksasa diam di trotoar
aku melihatmu melipat kata
apakah kota di dalamnya
jika iya–apakah jalanan
berhasil kau ukur dalam metafora
bentar, aku ingin jujur & pindah bahasa
i love your socks who could ever
dress with that
how did you managed
to pull it off with all the swag
pancasila cium standar terangkat
(ternyata di sini ada juga ya?)
2000 pindah ke loreng saku
sebongkah es memuai ke udara
alih-alih cair di aspal dan batu
you’re asking me how was in love
and how does it feel
kujawab seperti angin bandung
untuk orang jakarta—aku bersin
lalu kucopot spion ini: kau perlu
sebab masa depan di belakangmu
dan terima kasih atas pedangmu
sebab masa lalu di hadapanku
i hope we never too late to choose
kujepit-gantung doa dalam pertanyaan
pada tali kabel di jalan dipatiukur
aku gak tahu apa dago akan bangun
untuk membacanya sore ini
tomorrow i’ll go home from buah batu
apapun berganti mohon kabari aku
i wanted to know more about this town too
tapi chika jatuh sakit jadi aku balik dulu
Codeswitch #7 — Epilog: Baraya Pulang
halo bandung. biji-biji air hinggap di kaca baraya. aku membelainya. pernahkah kau nulis sambil nangis. aku pernah. akhirnya. inside the bus, the world is shifted from the weezy-breezy air of the mountainous city into the hazy industrial town heat that felt intimidating; the heat that you could feel even at night. william pulang duluan. aku sendirian. perih di dada. di jakarta chika tak baik-baik saja. aku ingin ketemu dia. ways dan farras berganti jutaan kepala-kepala tak kukenal yang berjejal di jalanan jakarta yang masih saja macet meski jam sebelas. aku memejam dan nomor berjudul paper bag oleh fiona apple (album: when the pawns, 1999) looping dalam kepala. tak kucoba hentikan. you can’t see anything at jakarta’s night sky, not even a plastic bag that you could mistakenly thought as a bird. its blank and bleak—the polar opposite to the starry sky at dago that i saw alone after dropping muchi at her home. maybe if i concentrated more on it, i could see the shadows of the galaxy. or even aurora borealis. muchi, you’re so lucky. kirimi aku foto langit depan rumah ya kapan-kapan! aku iri banget sama kamu yang tinggal di keping nirvana (kata muchi, nirvana ini bukan bahasa inggris tapi sansekerta) dan kutunggu ya di jakarta! nanti kita jajan buku ke post santa.
dan pada akhirnya, realita adalah realita. aku butuh kenyang untuk bisa menyuntik fiksi ke dalam jurnal seperti keping ini. kota dan kapitalisme adalah kutukan mengikat untuk orang-orang sepertiku. pulang bekerja atau mati kelaparan. tapi tak apa. dari keadaan ini juga lah karya-karyaku lahir. jika hidupku telah sedemikian nyaman, aku tak tahu apa aku masih menulis. mungkin masih. atau tidak.
i fell asleep ’cause i got nothing to do. i have finished writing my codeswitch poetry. shout out mikael johani. shout out basboi, bap, tacbo, and every other bright-headed bilingual artists in town. this is the last part: kausku basah dipakai lap air mata. sebetulnya, ini indah. aku pernah nangis beberapa kali setelah baca karya. namun saat proses kepenulisan, ini yang pertama.
sampai jumpa lagi, kawan-kawan baik di kota yang baik. semoga damai dan sehat selalu. puisi-prosa ini kudedikasikan untuk kalian. terima kasih banyak atas segala bantuannya. much love from jakarta.
hell-o.
***