APOLOGIA
orang-orang riweuh
keliar di antara waduk
& guling, durian & tega
sebab ini hari
—tiada puisi,
ada rekonstruksi
tiada sajak,
ada jejak
dihapus hantu bijak
tapi malang
tiada semacam
Kurt & sesal senyum
baginya
maaf hanya
sejenis serigala
berbulu Toblerone
dengan sorot nanar
—seperti mata dewa …
(2022)
–
APOLOGIA II
“yang menangis
jangan bobok dulu.
yang menang is
gosok teko ajaib dulu”
di atas Comforta
nyonya berbaring,
di bawah tanah merah
luka belum kering
—seperti mata nyonya
bersikeras sandiwara,
lekas rebah purna sudah
—seperti duga, sahaya
dibiarkan menghamba pada
eksepsi: pasal lima pancasila.
“yang menangis
jangan bobok dulu.
yang menang is
gosok teko ajaib dulu”
di antara gesek cc
sonder limit & amit-amit,
nyonya mengubah sahih
arah angin & syarah kitab pidana.
(2022)
–
APOLOGIA III
Dia, keluh sungguh
betapa susah membetulkan luka
tembak akibat halusinasi cabul.
Apakah itu sepayah
Mari Hamada menyanyikan
lagu hati yang patah?
Atau sederas hujan
turun di makam pahlawan
untuk setia—dalam bungkam?
(2022)
–
APOLOGIA IV
dia kira akhirnya bakal
sesuai dengan
rencana awal
—pulang ke rumah
memberi makan Polly
alias skuat lama,
menaruh tas Gucci,
membuka lemari koleksi
lingerie sembari nyanyi
“viva forever, everlasting”
nunggu jemuran kering
bahkan mengecek lagi
posisi lensa kontak
setelah seharian sengaja
mengucek mata manja.
Dia, nyonya mamba
dengan wangi semerbak
anggrek darah, sarang
anakonda sonder J-lo
tentunya. dia kasih bukti
—janji cuma ada
dalam lagu gigi, dalam
larik puisi penyair bulan
merah & dalam bungkam
berita acara pemeriksaan
versi sedikit sunting
kata bohong jadi bopong.
(2022)
–
APOLOGIA V
Dia bilang jejaka itu
lebih cabul dari babu lama.
Dia memang menyaru
seperti Wanda di bumi-303,
betapa penyihir mana
yang hatinya tak luka
setelah dicatut tanpa
diminta tarif atas sebelumnya.
Dia bilang, Nausicaä
bukan srikandi berkendara sembrani.
Dia memang tertawa geli tatkala
nyanyi lagu balada bapak Liv Tyler
—dia hilang akal, total
setelah dengar larik menggelitik
dari lirik berbunyi “i go crazy, crazy
baby gimana ini?”
(2022)
–
APOLOGIA VI
payah sungguh, aku dicintaimu
tak serupa lirik merayu Ken Hirai.
realitas tak sesuai ekspektasi.
Memang salah, mencintai putri
sejenisku yang obsesif, kompulsif & manipulatif
pada sopir bangka, pada bandot belaka.
Berhubung air mata pura-pura ini
tak seperti yang duyung Ariel punya
maka tak berlaku pula lagu Tatsuro
yang genit dia nyanyikan, sebab benar
betul: aku siren biduan malapetaka
—mati muda calon perwira gagah itu.
Payah sungguh, aku dicintaimu
tapi bagaimanapun, Utada selalu wejang
“you will always be inside my heart”, pak!
(2022)
*****
Editor: Moch Aldy MA