Penjaja kaos dan kata-kata

Anugerah Terindah, dari Benci Jadi Kru

Muhammadona Setiawan

2 min read

Baca dulu:

 

Sebuah grup band laiknya keluarga. Dalam perjalanannya selalu ada kerikil, duri, dan angin yang menerpa. Tak terkecuali yang dialami oleh Sheila on 7. Pasca rilisnya album keempat, Pejantan Tangguh (2004), Anton sang penggebuk drum hengkang. Keluarnya Anton seolah masih menyimpan tanda tanya hingga sekarang. Apakah ia benar mengundurkan diri, atau dikeluarkan. Sampai hari ini pun saya belum tahu persis apa alasan sebenarnya Anton cabut dari Sheila.

Badai tak berhenti sampai disitu. Tak berselang lama dari kasus Anton, terdengar desas-desus jika Sakti, sang gitaris, juga memilih mundur. Video klip Bertahan Disana (2005) menjadi momen terakhir Sakti Aria Seno sebagai gitaris Sheila on 7. Sekaligus menandai bergabungnya Brian Kresna Putro (ex. Tiket band) sebagai drummer band asal Jogja ini.

Jika penyebab Anton mundur masih simpang siur, alasan Sakti keluar dari Sheila lebih jelas dan terbuka. Sakti mengaku ingin serius mendalami agama. Baginya, meniti karir di musik sudah cukup. Ia sudah “kenyang” menjadi superstar. Maka ia memutuskan untuk menepi dari ingar-bingar dunia panggung dan hiburan.

**
Pertengahan tahun 2006, Sheila on 7 resmi berempat. Sakti hijrah ke Timur Tengah, sementara Anton membuka studio musik bernama Ant (bisa bermaksud Semut, atau inisial nama Anton itu sendiri) yang berlokasi di Condong Catur. Beberapa kali saya pernah latihan band di sana, dan bertemu langsung dengan yang punya (Anton, ex-Sheila).

Empat personel Sheila yang sekarang sering disingkat dengan BEDA (Brian, Eross, Duta, Adam). Pertemuan pertama saya dengan mereka (4 personel) ya di markas Sheila. Saat itu mereka sedang menggelar latihan untuk persiapan tur album ke-5, 507.

Seperti Eross, personel lain juga sangat ramah dan rendah hati. Terutama Duta, sosok yang paling banyak bicara, lucu, terkadang konyol juga. Kalau sudah ketemu Adam, pasti yang dibahas bola. Keduanya memang penggemar berat sepakbola. Mas Duta seorang Milanisti sejati (penggemar klub AC Milan, terkhusus Filippo Inzaghi, striker no. 9), sedangkan Mas Adam adalah fans berat tim Catalan Barcelona. Kalau di markas, ya mereka ngomongnya pakai basa Jawa. Pokoke kocak, dan bikin ngakak.

**
Ada peribahasa Jawa mengatakan, “tresno jalaran soko kulino.” Jujur, di antara personel lain, bisa dibilang yang paling akrab dengan saya hanyalah Mas Eross. Dan hal itu wajar. Sebab seringnya ketemu dengan dia. Duta dan Adam memang berdomisili di Jogja, tapi rumahnya cukup jauh dari markas. Apalagi Brian yang saat itu masih tinggal di Jakarta. Praktis mereka hanya bisa ngumpul bareng saat latihan di markas, atau pas ada acara.

Hampir pasti, setiap Sheila konser di Jogja dari rentang 2006-2010, saya selalu nonton. Bukan hanya nonton, tapi kadang diajak jadi kru. Hah? Ya, biasanya kami berangkat bareng dari markas menuju venue. Dengan berkalung ID card, saya sudah seperti kru band profesional. Padahal ya cuma ewang-ewang (bantu-bantu). Hahaha.

Jika tak salah ingat, sudah beberapa kali saya bantu-bantu jadi kru Sheila. Saat konser di Stadion Kridosono (2007), Mandala Krida (2007), dan acara ultah Sheila ke-12 (2008) di sebuah Pondok Pesantren, di jalan Palagan, Sleman. Lalu, apa sih tugas kru itu? Ya buanyak. Segala kebutuhan manggung artis dari A-Z dipersiapkan oleh para kru. Mulai dari cek sound alat, menempel kertas songlist, menyiapkan air mineral, baju ganti, sampai menyalakan rokok di tengah-tengah konser.

Di antara formasi BEDA, Adam dan Duta adalah perokok aktif. Sedangkan Brian dan Eross sama sekali bukan ahli hisap. Ada pengalaman lucu terkait rokok. Saat konser di sebuah mall, pas jeda lagu, Mas Adam memberi kode untuk minta rokok. Langsung saja saya sodorkan sebatang Djarum Super, kemudian menyalakannya. Dengan santainya, ia pun main bass sambil kebal-kebul. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba rokok itu jatuh dari mulut mas Adam. Sontak saya kaget. Setengah panik, saya langsung lari memungutnya. Amaaan, batin saya. Berhubung masih nyala, rokok itu pun saya habiskan. Lumayan.

Itulah suka duka menjadi kru. Harus siap dengan kondisi dan situasi apa pun yang terjadi di atas panggung. Dan suksesnya konser sebuah band, tak bisa lepas dari keringat kerja keras para kru. Beruntung, saya pernah menjadi bagiannya. Terima kasih Sheila. Terima kasih pengalaman-nya.

Bersambung…

*Tulisan ini adalah tulisan ketiga dari empat tulisan tentang Sheila On 7

*Penulis, Muhammadona Setiawan, seorang guru honorer yang hobi baca tulis. Bisa dihubungi di Twitter : @dsetia_, Fb. Muhammadona Setiawan, Email: Muhammadona1918@gmail.com

 

Foto ini saya ambil, di tengah konser Sheila on 7 saat menjadi crew.
Muhammadona Setiawan
Muhammadona Setiawan Penjaja kaos dan kata-kata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email