Penyakit mag (lambung) kerap dianggap sebagai penyakit langganan anak anak kos. Anak kos dan mag ibarat dua hal yang selalu beriringan. Memang tidak semua, tetapi pada umumnya demikian. Bagi anak kos, obat mag merupakan obat wajib yang harus ada di kotak P3K. Penyakit mag dapat timbul karena beberapa hal, seperti makan tidak teratur, asupan makan kurang bergizi, stres, dan sebagainya.
Faktor Makanan
Biasanya anak-anak kos lebih memilih makanan cepat saji yang ringkas dan bisa dipesan melalui aplikasi daring. Padahal, kebanyakan makanan cepat saji hanya mengandung gizi yang rendah. Banyak anak kos yang juga mengonsumsi makanan yang bersifat merangsang lambung seperti makanan pedas, asam, dan berlemak. Ditambah dengan pola makan yang tidak teratur, ini menjadi penyebab utama penyakit mag. Dilansir dari Healthline, makan tidak teratur akan meningkatkan risiko 80-90% bakteri Heliobacter pilory. Bakteri tersebut merupakan penyebab meningkatnya kadar asam di lambung.
Faktor Psikologis
Selain karena pola makan, stres juga merupakan salah satu pemicu penyakit mag. Lingkungan baru, jauh dari keluarga, drama persoalan kampus seperti tugas yang menggunung, proyek, padatnya kegiatan, serta masalah-masalah yang lain terkadang memang bikin pusing. Hal inilah yang menimbulkan hormon stres pada otak meningkat.
Setiap bagian tubuh merespon hormon stres dengan cara yang berbeda-beda. Sistem pencernaan benar-benar merasakan dampaknya, akibatnya asam lambung meningkat. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Novitasary (2017) yang menghasilkan simpulan bahwa cemas dan stres merupakan faktor terbesar pemicu penyakit mag pada mahasiswa dengan 73,2% respondennya mengalami penyakit mag akibat cemas dan stres.
Banyak yang menganggap bahwa penyakit mag merupakan penyakit yang umum dan wajar. Padahal faktanya, penelitian yang dilakukan Maharani (2021) menemukan bahwa penyakit mag di Indonesia mempengaruhi kematian 4 dari 12 orang. Penyakit mag bisa menyerang semua tingkat usia, tetapi lebih banyak terjadi pada rentang usia 15-25 tahun. Rentang usia tersebut merupakan kategori remaja awal dan remaja akhir. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa 51,3% mahasiswa di Indonesia tidak pernah makan tepat waktu, 33,3% jarang sarapan, 59,0% selalu makan dua kali sehari, 46,1% selalu terlambat makan, dan 51,3% menunggu lapar dahulu baru makan.
Mahasiswa atau lebih tepatnya anak kos sering kali menunda waktu makan demi menyelesaikan tugas perkuliahannya, sehingga waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk makan malah dilewatkan. Anak kos juga cenderung tidak memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Kebiasaan mengonsumsi mie instan berlebih dan kebiasaan meminum kopi karena dipercaya dapat menghilangkan rasa kantuk apabila sedang mengerjakan tugas perkuliahan adalah contoh buruknya menejemen konsumsi anak kos. Gaya hidup ini sangat mempengaruhi timbulnya penyakit mag.
Meskipun penyakit mag merupakan penyakit yang umum dengan persentase kejadian yang banyak, pengetahuan dan kesadaran mengenai penyakit mag di kalangan anak kos masih kurang, sehingga tidak ada tindakan pencegahan yang timbul dari kesadaran diri sendiri. Selain itu, tidak banyak anak kos yang paham bagaimana menangani penyakit mag, obat apa yang harus diminum, gejala apa saja yang muncul, serta efek jangka panjang apa yang dapat muncul jika terus dibiarkan. Penyakit mag tidak boleh dianggap remeh. Apabila dibiarkan terus-menerus tanpa pengobatan akan berakibat pada kekambuhan dan berpotensi merusak fungsi lambung.
Setiap anak kos sangat perlu memiliki kesadaran untuk menghindari dan mengatasi penyakit mag, di antaranya dengan memperbaiki pola makan, mengelola stres, serta menghindari minuman soda, kafein, dan beralkohol. Sebagai anak kos, belajar memanglah penting, tetapi kesehatan diri sendiri jauh lebih penting. Tidak ada yang lebih paham kondisi tubuh kita selain diri sendiri. Oleh karena itu, mari tumbuhkan kesadaran untuk menjaga kesehatan selagi muda, selagi bisa.
***
Editor: Ghufroni An’ars