merakyat
saudara-saudara sekalian,
hari ini saya akan
makan di angkringan
dengan sarungan.
merakyat.
saudara-saudara sekalian,
hari ini saya akan
menanam padi dengan
para petani.
merakyat.
saudara-saudara sekalian,
hari ini saya akan
ngobrol langsung dengan
warga miskin pinggir sungai.
merakyat.
saudara-saudara sekalian,
hari ini saya akan
bertemu dengan para pebisnis
untuk membicarakan
pasar saham dan ekonomi.
(?)
–
(fe)male gaze
sorot mata itu
membicarakanku
teks itu
membicarakanku
hei!
bila bukan sekaum
jangan sekali-sekali
ada kata yang terangkai
tentang aku
tubuhku, tubuhmu
tak pernah bersetubuh
selanjutnya, sisihkan sisa-sisa makna yang ada di kepalamu itu sebagai kenang yang tak perlu terucap. tatapan orang lain adalah tatapan setan yang penuh dengan kesesatan. hanya aku, yang menilai diriku. hanya tatapku, yang menyetubuhiku.
aku pria/wanita.
aku wanita/pria.
aku adalah subjek otonom!
–
makhluk paling sempurna
hanya manusia
yang diberkahi akal
tiada lain, tiada bukan
hanya manusia
antara putih dan merah
bukan malaikat, bukan setan
hanya manusia
makhluk yang bermoral
cinta alam dan seisinya
hanya manusia
yang bisa mengenal Tuhan
terjerembab dalam
dosa dan pahala
kalo temen-temen suka puisi mitos semacam ini, hubungi aku ya!
–
yang terpenting di dunia: Tuhan
“Tuhan itu paling penting!
Sembahyang, sembahyang,
sembahyang! Buatlah
tempat terbaik
untuk Tuhan!”
lihat bangunan itu!
betapa mewah dan adem!
100 juta
300 juta
750 juta
700 miliar,
oh, ini untukmu Tuhan!
kami yakin
rezeki akan hadir untuk kami.
kekurangan air,
korupsi, penindasan,
penyingkiran, kemiskinan,
kecemasan, keretakan work-life balance
semua akan tuntas!
mata kami berbinar dan terpesona
melihat rumah-Mu yang megah!
KAMI PERSEMBAHKAN INI UNTUK-
MU!
Damai, damai, damai!