NAH, KAN!
adalah kata
yang akan sering kuucapkan
kepadamu
dia
mereka juga
dan
kalian semua
adalah kata
sebagai respon dari pertanyaanmu
“kok bisa?”
“kok jadi begini?”
“emang boleh?”
akibat atas pilihanmu sendiri
adalah kata favoritku
setidaknya selama satu periode
atau sampai lima tahun ke depan
“nah, kan!”
–
SELAMAT PAGI KELUARGA BAHAGIA
garis sinar matahari datang ke teras rumah
menghangatkan hati bu ana
seorang istri yang paling beruntung di dunia
bagaimana tidak?
ia memiliki suami yang begitu sederhana
santun
dan
giat bekerja
garis sinar matahari datang ke teras rumah
menghangatkan hati bu ana
seorang ibu yang paling beruntung di dunia
bagaimana tidak?
ia memiliki anak-anak yang begitu lucu
menggemaskan
dan
berbakti pada orang tua
garis sinar matahari datang ke teras rumah
menghangatkan hati bu ana
suami dan anak-anaknya begitu akur
mereka bersama-sama menebang pohon di pekarangan rumah
sebuah pohon beringin
pohon tua yang sudah semakin mengganggu
entah dari mana suaminya mendapatkan gergaji mesin itu
setidaknya setelah beringin itu ditebang
ia tak perlu berlelah-lelah menyapu pekarangan
dari akar dan daun yang berjatuhan
ditemani secangkir teh hangat di lentik jarinya
bu ana berdoa
semoga gergaji mesin itu bukan pinjaman
tak perlu dikembalikan
agar bisa disimpan
jaga-jaga
kalau-kalau
ada pohon lain yang perlu ditebang
–
SURAT KETERANGAN
di kantor polisi
para pencari kerja berbaris rapi sepanjang doa orang tua
mengisi formulir
menyerahkannya ke loket
membayar biaya seharga dua kali makan siang paket irit
membawa pulang skck
untuk keperluan melamar kerja
bayangkan
tidak punya uang karena belum bekerja
sudah perlu keluar uang untuk melamar kerja
di hadapan kita semua
para koruptor masuk penjara dengan tenang
para koruptor keluar penjara dengan menang
mengisi formulir
menyerahkannya ke loket
membayar biaya entah seharga berapa
tanpa perlu skck
untuk maju melamar kerja sebagai pejabat
bayangkan
penjahat bisa jadi pejabat
melamar kerja tanpa perlu skck
ckckck
–
POS KAMLING RT.01
pak budi duduk di teras rumahnya
ditemani secangkir keresahan dan sebatang kekesalan
menatap pos kamling yang sedang direnovasi
ia bertanya kepada kepalanya:
“bagaimana mungkin para warga membiarkan ini terjadi?”
“pos kamling itu kan hanya untuk kenyamanan bapak-bapak pengurus”
“warga sini kan terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak juga”
“baik dananya untuk membenahi lapangan yang sudah retak lantainya dan pudar catnya”
“baik dananya untuk mengecat ulang prosotan yang sudah karatan”
“baik dananya untuk mengelas ayunan yang sudah pincang”
“fasum-fasum demikian tentu akan meningkatkan indeks kebahagiaan para warga”
“tapi bilangnya tidak ada dana”
“bilangnya tidak ada dana tapi renovasi pos kamling”
“atau memang uang kas terus ditarik agar para pengurus bisa santai, leyeh-leyeh, main kartu, main catur, sambil ngopi?”
“bagaimana mungkin aku membiarkan ini terjadi?”
“ngiiik!… nguuuiiink! nguuuuiiiuuuuiiiiink”
pengang suara gerinda memotong keramik menjawab segala pertanyaan di kepala
–
PEMBINA UPACARA MENYALAKAN SEMANGAT PARA PESERTA UPACARA YANG SUDAH MAMPU MELIHAT FAKTA, MEMBACA TANDA, DAN MEMAHAMI SEGALA SITUASI YANG TERJADI DI NEGERI INI
“merdeka!”
“merdeka?”
“merdeka!!”
“merdeka?”
“merdeka!!!”
“mereka!”
“merdeka!!!!”
“mereka!”
*****
Editor: Moch Aldy MA