30 days have September, April, June and November. But the Kingdom? The Kingdom has forever.

Sitkom Amerika dan Puisi Lainnya

Prahara Amelia

2 min read

selamat malam, shanghai

i.
sayang, bulan ini aku bermalam di kotamu. sesuai saranmu, aku makan di restoran favorit ibumu. hangatnya percakapan para tamu menyambutku di meja pojok. kalau kau bersantap bersamaku malam ini kita akan memilah percakapan para tamu rumah makan. tiap cerita mereka adalah cinderamata yang akan dibawa pulang. sebelum pulang kuraih telepon genggam, kutanya kau mau dibawakan apa.

ii.
sayang, kota ini memaksamu mengingat semuanya. lorong rumah dinas papamu yang berhantu. gigi bungsumu yang empat-empatnya dicabut. pulangmu disambut loyang kue pesanan tetangga. tapi apa artinya dapur tanpa tangan yang terulur untuk menyuapi? rasanya ingin kutarik hantu-hantu masa kecil yang menyelimutimu. kuperkenalkan kepalan tangan kecilmu kepada kerutan cat di kusen pintuku dan kumpulan komik terjemahanku. kubujuk kau untuk merangkak ke pangkuanku, seolah-olah kelembutan telah lama bersarang di hatimu.

iii.
sayang, di mimpiku kita bersepeda melewati kuil dekat sekolah lamamu. angin menarik manja syal kotak-kotak merah. suaramu abadi di gorong-gorong sejarah. potongan cahaya dari lentera-lentera kuil tumpah ke tangan kita. pergenggaman tangan memancarkan doa-doa lesbian di tahun-tahun yang akan datang. dengan jemari yang hafal dinginnya puluhan januari, kamu berjanji akan mencintaiku di masa depan. tak sekalipun kamu bertanya apakah aku ingin dicintai di masa depan.

iv.
sayang, kalau kita putus nanti, kuharap tempatnya bukan di shanghai. kalau kita putus nanti, kau boleh simpan sepeda kita. sumbangkan ke siapa saja asal bukan pacar barumu. tapi aku minta syal kotak-kotakmu. aku minta parfum yang kau kenakan di kencan pertama kita. aku minta rasa anggur di lidahmu tiga januari lalu, dan teknik mencium yang kau gunakan ketika kau ajak aku jadi pacarmu. aku minta secarik kertas berisi nama anak pertama kita. dan jika kau tak keberatan, aku minta kau mengadu kepada orang yang mencintaimu.

komedi situasi: menghafal 99 nama Allah lewat sitkom amerika

aku dibuai di jok belakang amerika / tiap pagi sarapan nasi goreng dan gulungan lelucon / tiap malam tadarusan di depan tv / pancasila jadi catatan kaki dalam doa tidurku / bacaan salat yang banyak bolongnya / kubarter dongeng dalam bahasa terdekat dengan Tuhan / di usia segitu aku belum tahu / kalau doa tak bisa ditukar seperti tiket pasar malam

aku belajar kata “sayang” di jok belakang amerika / ketika sedan mama meluncur lewat nevada / aku sibuk mencari Tuhan / seolah mengintai bulan dari jendela mobil / mata menyulam tiang listrik dan kabel yang membelit langit / tak sabar menunggu Tuhan mampir di reno, nevada / aku ingin berbisik ke kepala-kepala yang tunduk di kapel las vegas / dan bibir-bibir yang menyongsong hijaunya mountain dew di depan 7-11 / i want a God who loves me even when He hates me

aku masih duduk di jok belakang amerika / aku menunggu saat yang tepat / untuk mengupas kulitku satu per satu / mengurai kosakata / hingga lagu tema friends tak lagi tertera jelas di dalam tenggorokanku / karena aku takut pustakawan yang meminjamkan buku dongengnya ke aku / akan menagih kembali / bahasa yang pernah ia pinjamkan ketika aku mendarat di soekarno-hatta / yang sebenarnya ingin kukatakan adalah: aku dan amerika / sama-sama lupa / bagaimana caranya memanjatkan doa / yang tak diawali dengan “aku.”

bilik pengakuan pim dan doa-doa pasca-putus lainnya

kamu bercerita tentang Tuhan di tengah antrian kedai kopi termasyhur amerika. kamu tahu aku besar di amerika? kepalamu menggeleng tapi bibirmu bertanya apakah Tuhan di amerika lebih pemaaf daripada yang di sini. kalau Tuhan jadi kepala kedai kopi termasyhur di negeri paman sam, apakah Ia jauh lebih toleran? aku menyikut lenganmu, ikut menggeleng. tuhan tidak bekerja seperti itu. tapi aku bisa jadi lebih pemaaf, kalau kamu yang meminta.

sepuhnya jakarta masih mengejar jejak kakimu yang pernah menerobos masuk lika-likunya. surat-surat bercerai di ubin marmer, bimbang mau masuk tong sampah atau laci, pertengkaran kesekian berbahasa besi di lidah. aku berlutut di tangga darurat. ternyata menjadi pemaaf seperti Tuhan jauh lebih berat daripada menjadi pemaaf seperti aku. kamu membolak-balikkan kamus, berusaha mencari aku di sana sebelum aku membeku raga dan kata berkejar-kejaran, gesekan tiap lembar tudingan di telingaku, pertama aku paranoid, kedua aku menakutkan, ketiga aku–

hantu-hantu hari hujan

pertukaran pelajar merebut semua teman sebangkuku

aku mengais-ngais peta kanada dengan satu kelingking,

mencari wajah tak asing di kertas kotak-kotak

“mau tak mau,” kutipan alasanmu menggantung

[kenapa] bukan aku yang jadi jas hujan

yang terbentang di punggungmu

kapan aku bisa berhenti berdoa dengan ikhlas?

mengejar hantu bukan karir impianku,

memikul mimpi-mimpi rumahmu apalagi

aku bahkan tak kuat mengangkat koperku sendiri,

jadi, hujan mana yang akan kau terobos tanpaku?

istri

bayangkan kau dicintai seperti ini: / kau pulang misa menggandeng orang-orang yang menyayangimu ke rumah yang tak perlu mengejar cahaya / tahun ini menghadiahimu cinta yang tak pernah curiga pada kebaikan / sayup-sayup suara joni mitchell / tak sabar untuk tumpah ke ruang tamu / kau ada di dalam darahku seperti anggur suci* / Tuhan ini menghadiahimu seseorang yang bisa kau teguk tanpa mabuk / seorang istri yang memoles merah bibirmu / dan membiarkan matamu menyapu garis-garis wajahnya / betapa beruntungnya istri-istri yang punya istri / tawa menggema hingga tak satu pun pojok rumah yang kosong / rumah kami hangat / roti kami selalu berlimpah.

*bagian ini adalah terjemahan dari lirik lagu A Case of You – Joni Mitchell

*****

Editor: Moch Aldy MA

Prahara Amelia
Prahara Amelia 30 days have September, April, June and November. But the Kingdom? The Kingdom has forever.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email