sebuah senyum dalam sebuah pigura
kamu paku sebuah senyum di dinding
biarkan dia sendirian dalam pigura
setelahnya, kapan kamu akan
ambil, sewaktu butuh atau
saat kemalangan terjadi
minimal saat dunia makin
buram, kamu ingin jadi orang
yang juara pertama dalam berbahagia
atau pertolongan pertama bagi lukaluka
–
semacam solilokui
kesepian menciptakan
kesepian yang lain
di dadamu, waktu lebih cepat
di kepalamu, waktu lamban masa lalu
kamu tidak pernah
suka bau mesiu, bom
dan perang atau semacam
kesedihan yang meledak
yang bertengger di mata ibu
saat darah tahu siapa saja
lukaluka itu
kesepian menciptakan
kesepian yang lain
kebencian beranak
kebencian yang lain
semua yang malang melintang
aku akan memulangkan
mereka pada neraka
–
kematian
harum gas dan parfum
mungkin.
atau aspal dan keringat
bisa jadi.
kematian. kematian. kematian
adalah bau abu di tonggak
mulutku. spreiku. mataku
maukah kamu lebih lama menatapnya?
maukah kamu bermalam bersamanya?
–
seratus sloki
kesedihan berlaku di shift
malammu pagi itu
putaran terakhir
di mana lagu berkumandang
dengan tempo ingatan
kepala cenat-cenut seperti ditendang
seratus sloki untuk seorang martir
katamu
membuka dompet dan menyisihkan
ceban untuk esok makan lebih baik
daripada memaksa Tuhan mengabulkan
doamu cepat-cepat
–
olimpiade kehidupan
kudu pantang menyerah,
biar gak langsung bundir pas kalah.
jadi kalau pun ada aral gendala,
sebrutal apapun dia
bakal ditrabas, titik.
tapi ya santai juga,
jangan terlalu semangat dahsyat,
capek liatnya tauk!
selow aja,
nyerah juga gak salah-salah banget
lagian, yang salah itu
tukang bajigur, kata temenku
udah tau airnya keruh, tapi masih dijual aja.
lagian mau ke mana emang
buru-buru banget,
lagi lomba kehidupan ya
yang hadiahnya kematian?
*****
Editor: Moch Aldy MA