Semacam Solilokui dan Puisi Lainnya

Selo Rasyd Suyudi

56 sec read

sebuah senyum dalam sebuah pigura

kamu paku sebuah senyum di dinding
biarkan dia sendirian dalam pigura
setelahnya, kapan kamu akan
ambil, sewaktu butuh atau
saat kemalangan terjadi
minimal saat dunia makin
buram, kamu ingin jadi orang
yang juara pertama dalam berbahagia
atau pertolongan pertama bagi lukaluka

semacam solilokui

kesepian menciptakan
kesepian yang lain

di dadamu, waktu lebih cepat
di kepalamu, waktu lamban masa lalu

kamu tidak pernah
suka bau mesiu, bom
dan perang atau semacam
kesedihan yang meledak
yang bertengger di mata ibu
saat darah tahu siapa saja
lukaluka itu

kesepian menciptakan
kesepian yang lain
kebencian beranak
kebencian yang lain

semua yang malang melintang
aku akan memulangkan
mereka pada neraka

kematian

harum gas dan parfum
mungkin.
atau aspal dan keringat
bisa jadi.

kematian. kematian. kematian

adalah bau abu di tonggak
mulutku. spreiku. mataku

maukah kamu lebih lama menatapnya?
maukah kamu bermalam bersamanya?

seratus sloki

kesedihan berlaku di shift
malammu pagi itu
putaran terakhir

di mana lagu berkumandang
dengan tempo ingatan

kepala cenat-cenut seperti ditendang
seratus sloki untuk seorang martir
katamu

membuka dompet dan menyisihkan
ceban untuk esok makan lebih baik
daripada memaksa Tuhan mengabulkan
doamu cepat-cepat

olimpiade kehidupan

kudu pantang menyerah,
biar gak langsung bundir pas kalah.
jadi kalau pun ada aral gendala,
sebrutal apapun dia
bakal ditrabas, titik.

tapi ya santai juga,
jangan terlalu semangat dahsyat,
capek liatnya tauk!

selow aja,
nyerah juga gak salah-salah banget
lagian, yang salah itu
tukang bajigur, kata temenku

udah tau airnya keruh, tapi masih dijual aja.

lagian mau ke mana emang
buru-buru banget,
lagi lomba kehidupan ya
yang hadiahnya kematian?

*****

Editor: Moch Aldy MA

Selo Rasyd Suyudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email