Iqra
Bacalah dengan sunyi
atas nama Sang Maha Penyair
99 judul puisi yang berisi 1 rahasia:
ada atau tiada?
dan pada riwayat hidup kita yang canggih hari ini, puisi seperti apa yang pantas untuk dipersembahkan kepada Sang Maha Pembaca?
(2023)
–
Satu Bunga Puisi
Satu bunga puisi
tumbuh di bukit Purbasari
Satu bunga puisi
gugur di musim kemarau ini
—Aduhai belantara kenangan!
Pesta lampu malam melambai ke arahku
mementaskan kilau bayang-bayang hidup
masa lalu: lenyapnya
Peradaban Nenek-moyangku.
(2023)
–
Panembrama
Halo, para pemirsa!
Selamat datang di Pulau Puisi
Pulau yang tak punya penghuni
selain dirimu sendiri
Di dalam dirimu ada setetes firman Tuhan
tentu semua puisi menjelma percikan
kitab suci yang berada di lorong jiwamu sendiri
Tapi jangan tergoda berlebihan menonton Neuron Tuhan yang berhamburan ke segala arah merasuki nasib para penyair: itu hanya siasat urat-urat dari wilayah cinta, zat-zat kusut dendam manusia, emosi-perasaan sejarah dan kerumitan-pikiran budaya yang terbakar hangus di belukar kehidupan
Ya, seperti dugaanmu, di Pulau Puisi para penyair tak menetap atau berumah. Ia hanya datang menyimpan bundel kenangan lalu pergi beramai-ramai mencari kedamaiannya sendiri secara berulang
Mengapa kamu mau terjebak dimensi waktu dan ruang tak menentu seperti itu?
Halo, para pemirsa!
Mari kita ulangi dan selami
lalu hadapi larik-larik penutup ini:
di Pulau Puisi, para pembaca nyaris tak bisa kembali. Kapal-kapal kata tenggelam ke dasar lautan makna. Terhantam badai gelombang resah-curiga
seperti kunjunganmu sekarang ini!
(2023)
–
Redaksi Kosmik
Mama! Tolong ketika
selesai sembahyang
doakan aku sebagai puisi
dari sunyi rahimmu yang ajaib:
membawa harapan dan
impian dari zaman purbakala
sampai zaman sibernetika
tak terhingga
Sebab jiwamu alam semesta, Mama!
yang sabar menuntun langkahku menjadi kembara, belajar menerjang badai samudera kerinduan: rahasia kehidupan—
Tuhan yang entah sejak kapan
menghilang.
(2023)
–
Doa Penyair Muda
—Salam padaMu: Sang Maha Penyair
Ketika aku tidur di siang bolong:
Ada tiga jagat raya, tiga dimensi makna
kuleburkan jadi satu, manunggal-lah sikap
dan tingkah-laku
seperti papa di hadapan rahasiaMu
di sela-sela terbukanya ruang dan waktu
di mimpi itu aku usil mengira-ngira,
apakah puisi duniawi-ku bisa lolos
kurasi jika dipersembahkan
kepada para editor surgawiMu
sungguh, apakah kata-kata akan
raib pada akhirnya, ketika kurenungi
puisiku dengan doa lapang dan sunyi
berharap terbit di media ilahiMu
—ampun. Berdosa-kah aku?
(2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA