Patah Sayap Bidadari dan Puisi Lainnya

Ardhi Ridwansyah

1 min read

LUNTUR MERAH SANG MAWAR

Mata layu tak kuat menyapa,
Kau yang berdiri tepat di depanku,
Memberi mawar untuk kugenggam,
Lalu pergi begitu saja tanpa pamit,
Perlahan lenyap dilumat jarak.

Merah sang mawar telah luntur,
Menjadi darah yang berlumuran,
Pada tubuhku penuh duka
Sebab tertancap duri menuai luka.

(Jakarta, 2022)

NAHAS

Belatung mengerubungi tubuh,
Terbujur kaku dan membisu,
Tak ada puisi yang tertulis,
Selain genit lalat mencumbu,
Raga yang penuh sendu.

Tiada rasa, hilang asa,
Udara telah lari dari sanubari,
Menyisakan kenangan jerit tangis,
Menemui jasad seorang diri,

Terkapar di tepi sungai sepi.
Mengalun doa-doa,
Untuk yang selamanya pergi.

(Jakarta, 2022)

KELAM TENGAH MALAM

Mata terpejam kelam datang,
Di tengah malam tangis dan resah,
Mengetuk kepala menjadi bunga kamboja,
Tepat di atas pusara penuh lara,

Dan doa-doa terserak di tanah duka,
Menuai debu kenangan yang lenyap,
Tersapu air mata yang mengalir senyap,
Sulit berkata-kata, mata berkaca-kaca.

(Jakarta, 2022)

PUISI MASA LALU

Ada yang lain di matamu,
Kala menatapku didih hati,
Terasa perih memanas,
Mengganas ketika salam dariku,
Terangkai dari puisi masa lalu;

Bicara tentang lalat yang mencumbu,
Cinta menjadi seonggok bangkai,
Menyisakan anyir darah dan kebusukan,
Yang lekas ditelan waktu tewas tanpa harapan.

(Jakarta, 2022)

PATAH SAYAP BIDADARI

Patah sayap bidadari,
Kini ia berlari-lari,
Dengan terik mentari,
Menyisiri kulitnya yang berseri.

Lelah tiada air,
Meminum keringat sendiri,
Dan ketika kering,
Ia menangis,
Menenggak air mata perih.

Tubuhnya terluka,
Sayat kata,
Bibir pendosa,

Debu hinggap,
Pada wajah nan suci,
Menjadi nestapa,
Meringkuk dalam hati,
Menuai elegi.

Bidadari menatap langit,
Merindukan surga,
Tak bisa terbang,
Ia tebang mimpi,
Menjadi kumpulan ilusi,
Yang perlu dibasmi.

Dalam kepalanya bersemi,
Darah berceceran,
Senyum yang luntur,
Tawa yang layu,
Dusta rapi tertata,

Di bumi,
Sepasang mata,
Memandang pagi,
Sebagai taman,
Dan malam,
Sebagai makam.

(Jakarta, 12 Juli 2022)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Ardhi Ridwansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email