PADA MINGGU YANG ASU
apa yang kauinginkan, sayang?
kebahagiaan telah pamit
sebab cinta kita dilamar afair
tapi jangan kikuk di hadapanku
selagi masih bisa mereka kembali
adegan kecup-peluk yang gagal
pada hari raya kita di suatu kencan
setelah itu akan kuajak kau
bermain ke taman puisiku;
derita kata-kata berekreasi
di sana ada beraneka bunga yang
mekar ketika disiram airmata
“ah, itu yang aku inginkan,” bisikmu
ke telinga kananku lalu pergi-hilang
tanpa membawa asu di mulutku.
–
DADAKU MUSIM KEMARAU
dadaku musim kemarau
cintamu yang mawar-melati
tak kunjung berbunga
bukan aku malas merawat
tapi cemburu yang matahari
begitu terik mencekik, taik!
astaghfirullah maaf kasar
bagaimana jika kita beli
satu pot pohon imitasi
supaya nantinya tak repot
menyiram dengan airmata dan
setiap hari menguar wangi pecuma
–
MEMINJAM NASIB AKULIRIK
pagi telah tiba
suara tukang sayur liris
aku hanya duduk
menunggumu kembali mengetuk pintu
di bawah matahari
ojek online mencium aspal
aku hanya menikmati
bibir merahmu dalam kepala
malam diisi purnama
maling asyik dihakimi warga
aku hanya menunggumu—
menikmati sunyi di gagang pintu
–
GIMANA?
kau pernah berkata, sayonara
sampai jumpa lagi di lain puisi
tapi tak kutemukan kau di sana
juga di akhir kata larik ini
apa aku mesti terus membuat puisi baru?
jika masih tak muncul, perlukah aku
memerintahkan kata kerja mencarimu?
–
PADA SUATU HARI
sebuah lagu mengendap
dalam segelas plastik
saat kau sedang asyik
mencari bedak dan lipstik
aku hanya diam menikmati
warna hening yang berlalu-lalang
sesekali meminta maaf
pada pengamen dan pengemis
“ayo cyin, kita beraksi,” ucapmu
sambil merapikan wig di kepalaku
*****
Editor: Moch Aldy MA