Menjual yang Sedih-Sedih dan Puisi Lainnya

Maulidan Rahman Siregar

1 min read

MASUK ISLAM

setelah login beberapa hari
ia jadi lebih gemar ke masjid

mengintai sendal
dan berdiskusi dengan kotak infak
di sepertiga malam

ia belakangan jadi yatim
dan sering diundang perayaan

merayakan ketebalan sebuah amplop
yang ia terima dengan senyum

setelahnya, ia acap mengajak
rekan-rekannya yang lebih dulu login
untuk ke masjid

tapi tak ada yang mau

ia jadi lebih sering merenung
dan bertanya-tanya dalam hati,
kalau-kalau salah pilih agama

(2022)

MENJUAL YANG SEDIH-SEDIH

Kesedihan yang ke sekian
Terus dibagikan
Hingga ke wilayah paling sendiri
Pertahananmu
Kau jadi ikut sedih
Sekaligus bingung
Kenapa bisa sedih.

Hatimu yang kecil berkata,
“Bangun…! Kau masih punya
Kesedihanmu sendiri.”
Tapi matamu masih belum jua pejam
Dengan kesedihan lain yang kau amati.

Hatimu yang kecil, teriak: bodoamat!

Sekarang kesedihan menjadi semakin
Banyak. Setiap hari kau digempur
Sedih. Dan celakanya, belum juga
Meninggal.

Benarkah amat keras kehidupan itu?
Wkwk, hatimu yang kecil merespon
Kesedihan di antara kesedihan itu.

Kau masih punya puisi, katamu
Masih punya lagu, katamu.
Masih punya ibu.

(2022)

DI DALAM SALAT

di dalam salat
kau memanggilku
dengan teramat lembut

sekelebat langsung terbayang
senyum manismu, mata indahmu,
gigimu yang rapi, retak di bibir,
tai lalat di alis, dan insiden kecil
saat belah dadamu kau tutup rapat-rapat

sekelabat lalu, kuingat kalau
masih sedang salat

lekas hati menyebut istighfar
serta anjim
entah beberapa kali

kasih sayang kenapa jadi
kurang ajar begini
setya novanto masih belum mati
dan hampir seluruh orang melupakannya

barangkali kesalahan terletak pada sistem,
bolehkah aku mengulang jatuh cinta lagi,
untuk kesekian kali?

kuracik lagi hati ini,
radang ngilu kuanggap lalu,
kurasuki lagi tubuhku sendiri,
dan kurangkum dikau ke sesuatu
yang kita sebut manifesto

semua itu terjadi
masih di dalam salat
yang selesai
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

(2022)

HIMNE GURU HONORER

Intro: G, C, D, Dm

C                            D                           Dm
Tulis puisi paling indah di belakang slip gaji

F                             D          C
Beri nada pada hitungan ketiga

G                                 C                    Dm
Pejamkan matamu dan mulailah ketawa

Reff:
G                                Dm
Semua manusia tidak berguna

G                                Dm
Semua manusia tidak berguna

F                                     D
Lupakan kebaikanmu pada dunia

C                                    Am
Ingat utang-utangmu kemudian

G                                Dm
Berbadan pada diri sendiri

F                  Dm
Sampai mati
F                   Dm
Hingga benar mati

Back to Reff 2x

(2022)

FESTIVAL

Nama-nama disebut
Nama-nama dilupakan
Angka-angka disebut
Angka-angka dilupakan.

Sudah begi tahun,
Masih kenangan yang kau rawat?

Orang-orang berkerumun
Membicarakan apa yang ada dalam
Dirinya, kau dipaksa menyimak,
Menelaah, menyimak lagi,
Menelaah lagi, dan bosan.

Lalu
Buku-buku disebut
Orang-orang disebut

Dan
Tangan-tangan disembah!

Orang-orang pulang
Membawa apa yang kau sebut tiada.

(15 Nov 2022)

KESEDIHAN YANG KE SEKIAN

Tuhan menciptakan orang-orang bucin
agar mereka yang pop
bisa dapat uang hanya dengan bikin
kata-kata mutiara

hingga kaum sastrawi yang militan
menjauhi mereka semua
dan menjadi sendirian

sendirian di dunia yang seru ini?
kasihan

apakah nanti mereka punya anak?
kan sendirian, wkwk

sementara kebudayaan urban
terus saja menggerogotinya
hingga tubuhnya menjadi lima
kepala di Jakarta, badan di Tokyo
dan bagian yang tak disebutkan
bukan urusanmu!

lenggok patah biduan
aduhai malang
kenapa ini kepalamu bergoyang?

bahasa mengikuti tubuhmu
anjim, anjir, anjay

tapi memang aduh
Tuhan menciptakan komedi
di sakaratul mautmu!

(2021)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Maulidan Rahman Siregar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email