Mendengar Cigs After Seggs dan Puisi Lainnya

Muhammad Riyadi

1 min read

Mendengar Cigs After Seggs

biarkan aku masuk ke dalam dirimu, klik
kota membakar segala bahasa tubuh. jalan-jalan
macet: kata-kata mandeg, dengung sakit hati
merayap, & duka turun ke jalan menentang
kebijakan sistem. simpan peluk & ciummu. mari
berlari menuju kafe, di sana ada:
– pertanyaan yang tertinggal di pintu masuk
– sebuah lirik lagu: got the music in you baby, tell me why
– 50% rasa sakit yang berubah menjadi struktur kebisuan
asap kematian mengepung segala bunyi &
percakapan kita. kau terjebak dalam dekap nyeri
musik, sedang aku meraih bibirmu yang ungu.

2:30 AM, Kita Hanya Punya Warna B&W

sepasang mata berkapasitas 5 watt, lebih redup
dari cahaya handphone di tangan. ketakutan
memotret komposisi kosong wajah seperti toilet kamar
yang rusak penuh kecoa & berbau pesing. bahasa menjelma
mimpi di luar ruang: gelap & palsu. percakapan hanya
cuaca ekstrem di dada kita masing-masing–(25% terbuat
dari badai, & sisanya kecemasan cinta yang tak ingin
lekas menjadi reruntuhan).
kau mematikan lampu kamar & bayangan kita mengelupas
pada tembok. rahimmu memperanakkan pendar gelembung
putih, tempat identitas bobol di hadapan wajah sendiri.

Memeluk Sakit

di tidurku: burung murung. mengirimkan sebuah
pesan whatsapp ke kau pukul 4:20 am yang
menjelma dengung sirine: rintihan permohonan masa kini.
di mimpiku: anjing kesepian. melolong kesakitan di
lorong dukaku. menyebut 99 nama masa kecil,
bahasa sulung yang telah monokrom di legam
malam–udara memerah, & hujan memuntahkan darah
lewat mulutku yang api.

Perayaan yang Gagal Menjadi Keriaan

Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan

Kita tak pernah tertidur nyenyak. Sebab malam terlalu b&w di delusi persekusi kita: kau menyublim biru bulan menjadi 75% udara yang dihirup, sedangkan aku selalu mencuri ciuman-ciuman di ranjang kesedihan—karena dini hari terbuat dari nikotin dan kafein para insomnia. Menentang subuh yang gerah oleh perasaan-perasaan destruktif yang patah hati

Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan

Matamu selalu jatuh menjadi hujan, dan kangenku yang menusuk kesepian menyelimuti sunyi percakapan:

Kau adalah kota yang penuh reklame rokok Sampoerna: Pas seneng lupa, pas susah nyari posisi “Bukan Main”

Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan

Lagu-lagu indie telah menjelma rekuiem di hari libur. Memutar semua partitur kelabu dari senyum nakalmu sebelum pergi menjauh
—dan aku terkubur di tumpukan duka-duka puisi.

Membunuh Emoticon Love

di sebuah kafe. tubuhmu gerombolan kalimat
kangen yang gagal menjadi percakapan. bangku
kosong yang menungguku mengisi mimpi masa kini.
sepi adalah kematian pada jam 1 siang. tak ada
segelas kecemasan yang terbuat dari espresso, atau
menu makanan yang mengenyangkan kesunyianmu: segala
terlihat melankolia & pudar.
umpama ucapan selamat datang aku menjelma
dentuman sakit. menembus cuaca—menembus
sadar: berlubang. meruntuhkan peluk & cium masa lalu.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Muhammad Riyadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email