Mendengar Cigs After Seggs
biarkan aku masuk ke dalam dirimu, klik
kota membakar segala bahasa tubuh. jalan-jalan
macet: kata-kata mandeg, dengung sakit hati
merayap, & duka turun ke jalan menentang
kebijakan sistem. simpan peluk & ciummu. mari
berlari menuju kafe, di sana ada:
– pertanyaan yang tertinggal di pintu masuk
– sebuah lirik lagu: got the music in you baby, tell me why
– 50% rasa sakit yang berubah menjadi struktur kebisuan
asap kematian mengepung segala bunyi &
percakapan kita. kau terjebak dalam dekap nyeri
musik, sedang aku meraih bibirmu yang ungu.
–
2:30 AM, Kita Hanya Punya Warna B&W
sepasang mata berkapasitas 5 watt, lebih redup
dari cahaya handphone di tangan. ketakutan
memotret komposisi kosong wajah seperti toilet kamar
yang rusak penuh kecoa & berbau pesing. bahasa menjelma
mimpi di luar ruang: gelap & palsu. percakapan hanya
cuaca ekstrem di dada kita masing-masing–(25% terbuat
dari badai, & sisanya kecemasan cinta yang tak ingin
lekas menjadi reruntuhan).
kau mematikan lampu kamar & bayangan kita mengelupas
pada tembok. rahimmu memperanakkan pendar gelembung
putih, tempat identitas bobol di hadapan wajah sendiri.
–
Memeluk Sakit
di tidurku: burung murung. mengirimkan sebuah
pesan whatsapp ke kau pukul 4:20 am yang
menjelma dengung sirine: rintihan permohonan masa kini.
di mimpiku: anjing kesepian. melolong kesakitan di
lorong dukaku. menyebut 99 nama masa kecil,
bahasa sulung yang telah monokrom di legam
malam–udara memerah, & hujan memuntahkan darah
lewat mulutku yang api.
–
Perayaan yang Gagal Menjadi Keriaan
Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan
Kita tak pernah tertidur nyenyak. Sebab malam terlalu b&w di delusi persekusi kita: kau menyublim biru bulan menjadi 75% udara yang dihirup, sedangkan aku selalu mencuri ciuman-ciuman di ranjang kesedihan—karena dini hari terbuat dari nikotin dan kafein para insomnia. Menentang subuh yang gerah oleh perasaan-perasaan destruktif yang patah hati
Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan
Matamu selalu jatuh menjadi hujan, dan kangenku yang menusuk kesepian menyelimuti sunyi percakapan:
Kau adalah kota yang penuh reklame rokok Sampoerna: Pas seneng lupa, pas susah nyari posisi “Bukan Main”
Sampai kelak kita tahu bahwa pagi adalah perayaan yang gagal menjadi keriaan
Lagu-lagu indie telah menjelma rekuiem di hari libur. Memutar semua partitur kelabu dari senyum nakalmu sebelum pergi menjauh
—dan aku terkubur di tumpukan duka-duka puisi.
–
Membunuh Emoticon Love
di sebuah kafe. tubuhmu gerombolan kalimat
kangen yang gagal menjadi percakapan. bangku
kosong yang menungguku mengisi mimpi masa kini.
sepi adalah kematian pada jam 1 siang. tak ada
segelas kecemasan yang terbuat dari espresso, atau
menu makanan yang mengenyangkan kesunyianmu: segala
terlihat melankolia & pudar.
umpama ucapan selamat datang aku menjelma
dentuman sakit. menembus cuaca—menembus
sadar: berlubang. meruntuhkan peluk & cium masa lalu.
*****
Editor: Moch Aldy MA