Mahasiswa film dan self proclaimed queer artist lintas disiplin yang berfokus pada Seni Media Baru seperti Sinema, Video Art dan Musik Eksperimental. Sekarang sedang mencoba nulis.

Maret Itu Musim Panas yang Baru dan Puisi Lainnya

Laudza Dermaga

2 min read

tamu tak diundang

2×24 jam tamu wajib lapor
tapi lu gak tau malu
keep staying inside my head
all day all night without paying rent
dasar gak tau diri!
hush! hush! pergi sana jauh-jauh
enggak deng bercanda
liat deh kucing aja ngangguk-ngangguk
subtly agree about how stupid i am
loving you
padahal kayaknya
aing cuman satu lagu yang
gak sengaja ke-play di spotify
gara-gara playlist lu udah abis.

maret itu musim panas yang baru

coba deh kamu tatap matamu sekali aja
i bet u couldn’t see what i saw
dua garis tipis, bulu mata lentik
kayak ombak pantai selatan
pupil coklat sewarna indocafé
yang kamu buatin waktu itu
dan tatapan yang sayu
sorrow or whatever idk
you tell me that people
say your gaze is scary
tapi aku malah gak bisa berhenti natap
kayak kekunci hell’s gate

undertaker di-smackdown
gak bisa gerak, sesek napas
i tap out, pukul-pukul lantai
bilang ke wasit, nyerah, pak! nyerah!
tapi wasit gak denger
pak wasit pake headset
dengerin band metal: https://open.spotify.com/track/5JxyDHWj4XMRgvuRzWd9JK?si=c6efe6aec37949e1
anjing kataku
terus gelap, semua gelap

(pingsan)

bangun-bangun aku udah di dipatiukur
bukan makan dimsum atau telor gulung
tapi diiket di kabel listrik
4 setengah meter ngegantung
dari atas tanah
tatapan matamu masih ada
not scary nor sorrow nor anger
i couldn’t dechiper, it’s like a riddle
coba tatap matamu sekali saja, kataku
you answer with a smile
aku kesetrum dan pingsan (lagi).

adu tembak

lebok ku sia tah anjing! teriakku sambil menarik pelatuk
pistol berkaliber 9mm yang aku curi beberapa menit lalu
dari patung polisi yang diam di belokan pasteur arah sarijadi
sudah 3 menit baku tembak terjadi namun akhirnya musuhku tertembak

beberapa meter dariku terkulai perempuan berlinang darah
aku tertawa tipis sambil meniup lobang pistol ala koboy
namun tiba-tiba adrenalinku mulai menghilang, badanku melemas
aku baru sadar bahwa ternyata di perutku ada lubang menganga

timah panas di dalam perutku menggeliat, aku teriak
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
wanita itu bangun mengangkat telunjuknya di depan bibir, dan
ssssssssssssttttttttttttttttt
aku diam
dia diam
kita saling menatap

aku tertembak olehnya
sama seperti dia tertembak olehku
aku suruh dia untuk geser sedikit
dan aku tiduran di sebelahnya
dengan jarak 8 cm kira-kira
ketika polisi dan ambulans datang,
kita berdua udah mampus.

kadang kepikiran kalau lagi gelap-gelapan

ruangan gelap banget
bikin api korek nyilauin
warna cerahnya pas diliat
buat mata berkunang-kunang
di ruang itu aku jadi kepikiran
kapan segenggam rambutmu
bisa kujambak semaleman;

kapan bawah bantalmu
kupake buat ngangetin tangan?
kalo nanti dateng hari itu
kuingatkan kamu
kalo aku emang
naksir
sejak awal ngeliat
gigi gingsulmu
walau
dibudekin suara musik
disorotin lampu ngebutain
disenggolin orang-orang giting
di antara tegukan tuak warna pink
kamu
tetep
jadi orang
yang
kuperhatiin
bahkan besoknya
aku bangun
masih mikir:
anjing
tuh cewek
imut banget.

apa yang aing gak suka dari kamu

kadang orang nulis yang
bagus-bagusnya aja
dari orang yang dia cintai
jadinya enek, giung dan berlebihan
kadang orang nulis yang jelek-jeleknya aja
sampe kayak penyebaran aib si pasangan atau mantan pasangannya
kalau aing ini mau nulis
hal yang aing gak suka dari kamu
ini subjektif dan berhubungan
sama diri aing aja
gak ngejelek-jelekin atau
minta kamu ubah sikap;

satu: kalau kamu udah diem-diem aja
dua: kalau kamu nyoba nahan marah padahal marah
tiga: kalau kamu udah sakau
empat: kalau kamu udah teler
lima: kalau kamu ngegemesin
enam: kalau kamu udah sinis
tujuh: kalau kamu udah ngambek
delapan: kalau kamu udah natap aing pake tatapan yang aing gak ngerti
sembilan: kalau kamu ngasih harapan
sepuluh: kalau kamu gak bales dm lama banget

baru itu doang
yang kepikiran
sisanya
aing suka
apapun itu
sampe puntung rokokmu.

malam di mana bulan meleleh dan aku juga

bulan adalah setengah
sedangkan tanganmu separuhnya
yang melukis tanpa cat di kulitku
dan memahat tanpa palu kepalaku
angin tak lagi bergerak
diam menjadi sifatnya
sedangkan batu meleleh
dan kerikil-kerikil menjadi tetesan
namun air tetap mengikuti wadahnya
dan wadahnya adalah bibirmu
yang bermain ular tangga
maju 4 langkah ke bibirku
bulan adalah setengah
tubuhmu separuhnya
tubuhku kulelehkan
agar bisa kau jadikan minuman.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Laudza Dermaga
Laudza Dermaga Mahasiswa film dan self proclaimed queer artist lintas disiplin yang berfokus pada Seni Media Baru seperti Sinema, Video Art dan Musik Eksperimental. Sekarang sedang mencoba nulis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email