Kiamat Sekejap dan Puisi Lainnya

Ryan Agustian

2 min read

Roti Bakar

buru-buru kau simpan belati di balik punggung baju. kau lari ngejar orang entah
hantu. aku lagi nunggu Icha beli roti bakar. aku ngantuk, sore tadi abis nyekar. aku
geser motor, bangkit berdiri kepo kepala siapa yang akan bocor. pukul sebelas
malam, orang-orang condongin badan ke jalan. padalan mestinya di kasur,
rebahan. kutahan kencing dari tadi. dari Kesawan yang ramai lampion sisa Imlek,
padalan besok Nyepi. aku butuhnya kamar mandi, nih! bukan tontonan orang gila
bawa belati! yah, roti bakar enggak jadi-jadi.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (Kalau Hari Nanti Itu Ada)

waktu kita bertemu: hari itu semua ulat jatuh. enggak ada satu pun yang jadi
kupu-kupu. waktu es cair di cup-plastik-tidak-ramah-lingkungan itu, Trans Metro
Deli nabrak rumah warga di Gaharu. di utara kota harga daging naik sepuluh ribu,
ayam potong naik lima ribu, dan mi goreng naik lagi tiga ribu. waktu jam dinding
nunjuk pukul tujuh, semua orang mulai tutup pintu. dan waktu azan subuh air
sungai meluap sampai sebahu. tapi enggak satu pun dari hal itu yang kita tahu.
karena akun MedanTalk lagi di-hack sama wibu.

waktu kita berjumpa: meteor jatuh di Jalan Bunga Raya. semua hewan awetan
Museum Rahmat punya nyawa dan pada lari/terbang/loncat mengisi Medan Zoo
yang tinggal nama. alien turun di langit Polonia. orang-orang ramai pada
ngomong, “Astagfirullah, bandaranya ‘kan udah pindah.” alien makan di warung
padang, di Gatsu orang-orang lari lintang pukang. harimau sumatera hidup lagi,
walau tinggal tulang dan gigi. 

waktu kamu pamit ke toilet: Presiden gagal ngirim rudal pakai roket buat basmi
zombie apocalypse yang bikin orang-orang di Helvet kaget. tapi kita enggak
menyimak, soalnya kita lagi terjebak di parkiran Delipark. kalau kita keluar kita
mati dan jadi special report di televisi. yaudah kita di sini aja, sambil janji nanti
kita bakal cerita tentang hari ini. karena ini hari yang apa kali.

Di Mall

di ketiak (bau) seorang pria nempel jam dinding. dinding mall enggak ada cicak.
cicak adanya di minuman pria itu. minumlah sedikit nanti dehidrasi. rasi bintang
alpha centauri di atas kita. kita lupa ngecas hp, baterainya sisa lima persen. lima
persen cukup masuk DPR kalau kamu anggota partai. tai deh semuanya! “Anya
laper,” kata anak kecil di belakang kita. kita (ayam dua potong plus kulitnya) juga.
“Enggak boleh ngomong kotor,” kamu ngingetin. tintin! kereta api minta jalan,
minta rokok, minta kita buat jangan nyakitin diri sendiri. dirikanlah yang jatuh,
buat mereka utuh. tuh, yang lain udah jadi kumparan benang. benang kusut, mesin
jahit butut. tut tut tut! kamu kentut lagi, ya? yaudah, ah, yuk pulang.

Kiamat Sekejap

kalimatmu memutar serupa simbol ouroboros. lidahmu memecah telinga kananku
dan menjebol telinga kiriku. kau mengutip potongan ceramah Jumat yang kau
dengar/bawa siang tadi dan kau tambahkan dengan cerita-cerita ompong dari
kayangan. liurmu bak bola-bola air raksasa menampar wajahku dengan ritme tak
karuan. meluber terus dan aku kebanjiran kata. kau menggelembungkan semua
hal. aku menunggu sampai kapan akan pecah juga. tapi yang meledak pertama
ternyata kepalaku. hancur hancur. berhamburan semua yang tersimpan di balik
batok kepala. berceceran. tembok dan lantai jadi kanvas kotor. Vincent van Gogh
bangkit dari kubur untuk mengubur dirinya sekali lagi. dan aku sudah
mengambang jadi bangkai cicak dalam es kosong kata-katamu. bangkai tubuhku
lumer jadi selai kacang di roti tawarmu. kau lahap seluruhnya. tapi celotehmu
overload. mulutmu dalam mode autopilot, kau kehilangan kendali diri. wajahmu
memerah seperti kepiting rebus. dan kau akhirnya meletup juga. meletup. meletup
jadi berondong jagung. seluruh ruangan jadi wadah makanan ringan. inilah akhir
yang kutunggu-tunggu. happy ending. aku selamat dari kiamat kata-kata.

Perjalanan yang Aman Sentosa

hari ini kamu sampai dengan aman. enggak ada motor lain
yang tiba-tiba ngehantam badan motor kamu. meski kamu
lupa nyalain sein, lupa nyetel kaca spion, dan lupa pakai
kacamata.

kamu sampai dengan aman. mulus tanpa cacat. hari ini
enggak ada anak-anak lari-larian lupa arah. enggak ada
kemacetan yang parah; yang acapkali bikin kamu gugup.

kamu tiba dengan aman. kamu parno tiap papasan sama
tronton bawa balok kayu segede gaban. atau truk sampah
yang oleng ke kanan. atau angkot yang berhenti serampangan.

semua yang bikin kamu takut enggak lagi relevan.
karena ini perjalanan yang aman.
aman sentosa.

*****

Editor: Moch Aldy MA

Ryan Agustian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email