Kiamat adalah Adam
: terinspirasi dari cerpen “Surga ditutup Sementara”
Apa yang tersisa dari amuk api
adalah hamparan padang tandus
yang memisahkan Adam
jutaan tahun cahaya
dengan Hawa yang menghitung
mundur jarak Sorga.
Lebih mengerikan mana
dibakar di neraka atau
dibuang ke dunia?
Tuhan menggerakkan tahun
demi tahun yang anyir
aroma darah
nasib nyinyir.
marah.
Tak bisakah kita pulang
ke langit tanpa apa-apa?
(Lombok, 2024)
–
Karmapala
Takdir puisi adalah mencintai bunga,
takdir bunga adalah mencintai lebah,
takdir lebah adalah mencintai sarang,
takdir sarang adalah mencintai pohon,
takdir pohon adalah mencintai tanah,
takdir tanah adalah mencintai hujan,
takdir hujan adalah mencintai laut,
takdir laut adalah mencintai camar,
takdir camar adalah mencintai dermaga,
takdir dermaga adalah mencintai senja,
takdir senja adalah mencintai langit,
takdir langit adalah mencintai takdir.
(Lombok, 2024)
–
Balada Harian
: disebabkan oleh Silampukau
Bangun pagi-pagi
masturbasi lalu minum kopi
berangkat ke kampus
mengerjakan skripsi!
dihina dosen!
dan seterusnya.
(Lombok, 2024)
–
Setiap Pagi Rindu Berdetak di Jantungmu yang rimba
menumbuhkan hutan wajahmu
yang jingga
setiap pagi sebelum mencuri kau dari rahim waktu
kupinjam ingatan paling mendung
lalu kusimpan pada ruas-ruas jendela
juga di halaman nasib
yang kedaluwarsa
kau boleh mengambilnya kembali
setelah kubuatkan kau persimpangan
di mana kita bisa saling
memulangkan ingatan.
(Lombok, 2024)
*****
Editor: Moch Aldy MA