Kerja dari Mana Saja dan Puisi Lainnya

Rifqi Septian Dewantara

1 min read

Kerja dari Rumah, Kerja dari Mana Saja

Pagi yang begitu malas,
menginternir aku dari sebuah komuter kesibukan
keyboard menari, layar-layar hegemoni berderet tak karuan

Pola kerja baru, merasuki dunia tawanan lalu
Dunia bekerja dalam diam, ruang-ruang privat bertabrakan di kamar peristirahatan

Aku bertarung dengan waktu; tenggat kerjaan mengintai—membantai tubuh dan merogok
mentalku

Patung-patung di sekitarku mulai bergerak mencari kebebasannya. Bahasa tubuhku terdiam
menggantikan peranannya.

(2023)

Kasus Positif

Di berita sana, ada kabar yang terus berputar
Pandemi; mampir tanpa permisi, mampir membuat selisih

Grafik wabah membentang di udara
Membawa kekhawatiran, meresahkan jiwa-jiwa kebebasan

Kasus positif bertambah, merangkak naik, turun drastis; fluktuatif—seperti harga logam
mulia yang makin mahal

Kasus positif menguasai ruang dan waktu
Senyum kita terhalang dan sering melamun

Kita pura-pura membisu
Kita menjadi sakral di setiap pertemuan yang sedang berlangsung.

(2023)

Isolasi Mandiri

Sudut-sudut ruang yang hampa
Seseorang terbaring melandung kenangan
Virus memburai di tubuhnya yang lemah
Mimpi dari mimpi

Terbawa larut oleh kesedihan
Kamar isolasi menjadi taman sepi
Disaksikannya cahaya neon dan suara monitor yang lirih
Dia memang terbelenggu dari dunia luar
Tetapi doa-doa kesembuhan merasuk perlahan ke dalam jiwanya.

(2023)

Protokol Kesehatan

Pandemi bermutasi, protokol kesehatan ada yang baru lagi

Jaga jarak sosial itu yang utama
Bukan jarak cinta
Tapi jarak pandemi yang asyik berlama-lama

“Gimana kabarnya si tetangga sebelah?”
Ya, cukup sapa lewat video call saja

Pakai maskermu ke mana-mana,
Tapi jangan berlagak seperti ninja,
Biarkan wajahmu terlihat,
Dengan memakai masker mulut ceria agar tampilanmu berbeda

Jangan lupa cuci tangan itu penting
Tapi jangan kayak model hand washing

Buka jendela, biarkan sinar mentari menggoda kulitmu, banyak-banyak berjemur
sambil membaca buku, biar tubuh mendapat imun dan wawasan yang cukup.

(2023)

Vaksinasi

Di tempat vaksin, orang lalu-lalang dan ngalor-ngidul. Semua datang dengan sebuah harapan,
satu tujuan
Mereka mengulur tangan, terkulai. Jarum suntik menusuk; seperti sentimen tajam yang
melontarkan korban meninggal tanpa ampunan
Namun sakit itu hanya sesaat
imajinasi kami akan new normal telah tertuju di depan mata.

(2023)

Menilik Kembali Pandemi

Negeri ini kacau,
Sepertinya ia sedang sakit perut
Jalan tertunduk-tunduk
Ususnya melintir
Sepertinya harus ada kotoran yang perlu dibuang.

(2023)

*****

Editor: Moch Aldy MA

Rifqi Septian Dewantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email