Kerja dari Rumah, Kerja dari Mana Saja
Pagi yang begitu malas,
menginternir aku dari sebuah komuter kesibukan
keyboard menari, layar-layar hegemoni berderet tak karuan
Pola kerja baru, merasuki dunia tawanan lalu
Dunia bekerja dalam diam, ruang-ruang privat bertabrakan di kamar peristirahatan
Aku bertarung dengan waktu; tenggat kerjaan mengintai—membantai tubuh dan merogok
mentalku
Patung-patung di sekitarku mulai bergerak mencari kebebasannya. Bahasa tubuhku terdiam
menggantikan peranannya.
(2023)
–
Kasus Positif
Di berita sana, ada kabar yang terus berputar
Pandemi; mampir tanpa permisi, mampir membuat selisih
Grafik wabah membentang di udara
Membawa kekhawatiran, meresahkan jiwa-jiwa kebebasan
Kasus positif bertambah, merangkak naik, turun drastis; fluktuatif—seperti harga logam
mulia yang makin mahal
Kasus positif menguasai ruang dan waktu
Senyum kita terhalang dan sering melamun
Kita pura-pura membisu
Kita menjadi sakral di setiap pertemuan yang sedang berlangsung.
(2023)
–
Isolasi Mandiri
Sudut-sudut ruang yang hampa
Seseorang terbaring melandung kenangan
Virus memburai di tubuhnya yang lemah
Mimpi dari mimpi
Terbawa larut oleh kesedihan
Kamar isolasi menjadi taman sepi
Disaksikannya cahaya neon dan suara monitor yang lirih
Dia memang terbelenggu dari dunia luar
Tetapi doa-doa kesembuhan merasuk perlahan ke dalam jiwanya.
(2023)
–
Protokol Kesehatan
Pandemi bermutasi, protokol kesehatan ada yang baru lagi
Jaga jarak sosial itu yang utama
Bukan jarak cinta
Tapi jarak pandemi yang asyik berlama-lama
“Gimana kabarnya si tetangga sebelah?”
Ya, cukup sapa lewat video call saja
Pakai maskermu ke mana-mana,
Tapi jangan berlagak seperti ninja,
Biarkan wajahmu terlihat,
Dengan memakai masker mulut ceria agar tampilanmu berbeda
Jangan lupa cuci tangan itu penting
Tapi jangan kayak model hand washing
Buka jendela, biarkan sinar mentari menggoda kulitmu, banyak-banyak berjemur
sambil membaca buku, biar tubuh mendapat imun dan wawasan yang cukup.
(2023)
–
Vaksinasi
Di tempat vaksin, orang lalu-lalang dan ngalor-ngidul. Semua datang dengan sebuah harapan,
satu tujuan
Mereka mengulur tangan, terkulai. Jarum suntik menusuk; seperti sentimen tajam yang
melontarkan korban meninggal tanpa ampunan
Namun sakit itu hanya sesaat
imajinasi kami akan new normal telah tertuju di depan mata.
(2023)
–
Menilik Kembali Pandemi
Negeri ini kacau,
Sepertinya ia sedang sakit perut
Jalan tertunduk-tunduk
Ususnya melintir
Sepertinya harus ada kotoran yang perlu dibuang.
(2023)
*****
Editor: Moch Aldy MA