anak tongkrongan kesayangan tuhan

Kepada Engkau dan Puisi Lainnya

Zaynul Faiz

1 min read

Ekstaselogi

Kematian bangkit dari jendela,
Menciumi setiap bangku, taman, dan waktu
Hening bermula dari sendi dan lumbung padi

Bukankah pulang adalah jalan paling abadi?

Ada detak yang tak sampai ke hati,
Pun kilau yang tak tumpah ke bumi
Derap langkah meninggi
Doa-doa berkilatan di dinding api

Naiklah ke puncak para nabi,
Khidir dan Musa menunggu di tepi

Di depan pintu, sebelum kelokan ke arah waktu
Tujuh bidadari melempar wangi
Jibril mengalungkan puisi
Denting doa beralun sepanjang nurani

Cahaya jumpalitan,
Berkilauan di langit-langit
Menembus ruh
Membakar nafsu

Kautsar beriak
Puji-pujian menggelombang
Membuncah,
Tumpah ke dada

Alastu birabbikum, qaalu balaa syahidnaa.

(2024)

Asmaraloka

Aku memilih jatuh sedalam mungkin, pada detak, pada kilau
Kepada engkau yang aku sebut sebagai jalan paling panjang, sebagai jalan untuk pulang

Hujan belum benar-benar usai dari kemarin,
Alir doa, riak hujan, dan kilatan cahaya jatuh di wajahmu
Berpendar, hinggap
Bertebaran di bangku-bangku waktu

Aku memilih jatuh sedalam mungkin, kepada engkau yang menghidupkan kembali, doa-doa paling panjang, doa-doa paling karam

Dan perkara kasih sayang, adalah alir paling tenang.

(2024)

Jalan Pulang

Dahan pohon berayun, ditiup angin
Hujan turun menjelma huruf
Dikawal Jibril,
Bermandikan cahaya
Muhammad bergeming antara alif dan hamzah

Bacalah,
Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan!

Ia pulang ke peluk Khadijah
Menimba ketenangan
Dalam getir rindu dan
Geming doa yang padu

Ayat-ayat tak henti-henti dirapal
Dalam bimbang dan ngilu

Bukankah telah datang;
Jalan pulang paling terang?

(2024)

Puncak

Hujan tak turun lagi
Detak menjadi nadi,
Tulang-tulang remuk api

Musa menjemput wangi
Elia turun membelah sunyi
Ruh yang mana, riuh yang mana

Sementara, di bawah Nun
Puan merangkum nyala
Tiupkan doa
Naik meninggi ke langit
Mencipta bulan
Gugurkan bintang-gemintang
Cahaya tumpah ruah
Berkilauan sepanjang atap rumah
Menandingi lampu kota-kota

Dari arah timur, angin berembus pelan
Menelusup pada jiwa-jiwa
Meneguhkan dada

Naiklah,
Ke bukit-bukit makrifat
Ke puncak hakikat

(2024)

Kepada Engkau

Sebagai sebuah isyarat bagi hening yang tercipta
Sebagaimana ruhku dan ruhmu
Adalah sepasang bulan yang membayang
Teduh dan tenang

(2024)

*****

Zaynul Faiz
Zaynul Faiz anak tongkrongan kesayangan tuhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dapatkan tulisan-tulisan menarik setiap saat dengan berlangganan melalalui email