orang ganteng patah hati
patah hati menjelma tembok yang dikencingi kucing dan waktu adalah bunga yang tumbuh di sela retak yang menguning.
air mata telah berpulang pada tempatnya, nafsu makan sudah tinggal di warung nasi padang dan sunyi telah mengeriuk dikunyah kekasih baru.
namun masa lalu adalah berkah ingatan yang tak lelah mengingatkan, jangan lupa assalamualaikum di depan pintu rimba, bawa mie instan sebanyak-banyaknya dan masa kini menjelma mata air yang paksa terteguk sebab air mineral telah jadi keringat asin, menjadi laut dengan pantai berbikini dan di sana spongebob menjagamu dengan hidung putih dari dalamnya patah hati.
(2025)
–
keduluan yang lebih ganteng
hatimu telah tergores sebuah nama, meninggalkan sedikit darah dan luka yang menguap di malam tahun baru, aku berkali menyebut namamu, kau berkali-kali menyapa namanya yang terselip di sela kembang api.
kita hanya sebatas macet yang segera diurai polisi, ragaku akan lengang dan rindu menumpuk jadi bacaan paling menyakitkan.
baik aku akan pergi sebentar dari jatuh cinta paling sunyi dan dalam, sesekali melihatmu, berkali-kali berharap kita hidup pada kolam mata yang sama, dengan gemercik hujan dan kantuk, tanpa disertai namanya.
(2025)
–
rayuan orang ganteng
di sana hujan, basah baju tidurmu membuat kasur segar, tumbuhlah diriku pada sela jahitan, berbunga sebulan sekali, gugur hanya bila dipetik.
di sana hujan merintik, baju tidurmu belum bangun, apalagi aku.
kita kehujanan. pembicaraan palsu. kita juga sama-sama telah lelah bicara, butuh hal asik lainnya.
meramal kemarau kapan datang, berencana ke pantai terdekat di bawah lipstik yang tak karuan, hanya pink berceceran merajut memori akan mantan.
dua hari lagi terbitlah gelap, mendung mendukung tidur paling agung, juga membikin kuah bakso asin terasa di sela-sela cium.
(2024)
–
kegalauan orang ganteng
kau sudah jarang sekali menulis, lebih banyak menangis diam-diam diiringi suara gitar.
kesedihan membuatmu malas berciuman dengan udara pagi, sarapan nasi uduk jadi siang, es kopi susu menghadirkan mentari di malammu, ucapan sayang yang kerap jadi puisi tergeletak di piring, kau makan jadi tahi.
kau sudah tak ingat lagi puisi, sebab terlalu sibuk memacul kenangan hingga keluar air mata.
(2024)
*****